Kitab Manzhumah Mimiyyah
Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah
Bab: Pasal Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Bahaya Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Pasal Tentang Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah , oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala.
Peringatan akan Bahaya Perdukunan dan Tukang Ramal Bintang
Bait Syair 179:

Bait Syair 180:

Bait Syair 181:

Bait Syair 182:

Bait Syair 183:

Bait Syair 184:

Bait Syair 185:

Syair 179: Demikian pula perdukunan yang merasa tahu ilmu ghaib seperti mengabarkan apa yang akan terjadi. Dan orang pintar (peramal), munajim (menentukan kejadian alam dengan bintang-bintang). Karena kedua ilmu ini adalah kekafiran yang telah mempermainkan manusia dari dulu.
Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam:

Mengenai perbintangan adalah menentukan kejadian di bumi berdasarkan bintang-bintang seperti gempa karena bintang ini, malapetaka karena bintang ini dan lainnya.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu riwyat ibnu Majah dan selainnya, Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda:

Kemudian diterangkan bagaiman jeleknya dua ilmu ini
Bantahan untuk perdukunan
Syair 180: Sanad ilmu ini adalah kelompok Iblis yang terlaknat. Dan matannya adalah nukilan paling dusta dari pembicaraan yang pernah ada (isinya kedustaan).
Jin-jin mencuri berita dari langit, dengan cara saling bertumpuk-tumpuk sampai kelangit. Ketika mendengar satu kalimat, maka yang diatas menyampaikan kepada yang dibawahnya. Begitu dilempar bintang. Satu kalimat kadang didengar sudah dicampur dengan 100 kedustaan. Sehingga setelah sampai ketelinga dukunnya sudah bercampur dengan 100 kedustaan. Sehingga dukun apabila memberikan berita kadang ada yang mendekati kebenaran tapi belum benar karena telah bercampur dengan 100 kedustaan.
Syair 181: Ada apa hubungan mereka dengan tanah dan dengan ghaib mereka tidak bisa memahaminya. Ada apa dengan perubahan-perubahan yang terjadi di Alam. Dan mereka juga tidak tahu makhluk itu sebelumnya tidak ada.
Semuanya yang ada dilangit dan dibumi tidak ada yang tahu kecuali Allah, sebagaimana firman Nya:

Mereka para dukun ini tidak tahu apa-apa, dan mereka berucap tanpa ilmu.
Syair 182: Andaikata jin-jin itu tahu yang ghaib maka dia akan tinggal kurun waktu yang lama berbagai bentuk kepedihan.
Ini kisah jin dizaman Nabi Sulaiman bahwa Jin itu ditundukan dan dipekerjakan oleh Nabi Sulaiman. Para jin bekerja siang dan malam, tersiksa dan letih. Jin tidak ada tahu yang ghaib. Nabi Sulaiman berdiri dengan tongkat memperhatikan para Jin bekerja. Ketika Nabi Sulaiman telah meninggal para Jin tidak ada yang tahu. Begitu tongkat Nabi Sulaiman dimakan rayap, maka jatuh lah Nabi Sulaiman. Barulah Jin tahu bahwa Nabi Sulaiman telah meninggal. Andaikata Jin tahu yang ghaib maka mereka tidak akan tersiksa sedemikian lamanya.
Dalam Surah Saba ayat 14:

Bantahan untuk perbintangan
Kemudian penulis meluruskan mengenai bantahan perbintangan
Dalam perbintangan ada yang penggunannya bisa dikategorikan kafir menurut kesepakatan para ulama. Contohnya apabila berkata semua yang terjadi dimuka bumi ini karena pengaruh bintang-bintang. Dan mempercayai bahwa bintang-bintang itu yang melakukannya.
Adapun yang menyatakan bahwa bintang-bintang hanya pendalilan saja. Contohnya bahwa karena bentuk bintang ini, maka terjadi yang begini. Hal ini ada silang pendapat dalam kekafirannya.
Penggunaan lain dari bintang-bintang yaitu yang disebut penulis dalam bait syair berikut.
Fungsi dari bintang salah satunya adalah tanda untuk mengenal dari persinggahan matahari dan bulan, dijadikan dalil untuk arah kiblat, waktu shalat, perubahan musim dan sebagainya. Mengenai hal ini ada dua pendapat dikalangan as-salaf: makruh dan mubah.
Syair 183: Adapun bintang-bintang adalah perhiasan untuk langit, dan untuk melempar syaithon. Mengusir mereka mendengarkan wahyu.
Syair 184: Bintang-bintang itu dijadikan petunjuk bagi yang berjalan dimalam hari untuk mencari arah di darat maupun dilautan.
Fungsi bintang:
- Hiasan dilangit
- Lemparan untuk para syaithon
- Petunjuk untuk perjalanan di malam hari
Dalil fungsi ke-1 dan ke-2:

Dalil fungsi ke-3:

Kemudian diterangkan fungsi matahari:
Syair 185: Dan dua yang terang (matahari dan bulan) itu semuanya pada porosnya masing-masing. Dan itu sudah merupakan ketentuan dari Allah yang mencurahkan berbagai nikmat kepada manusia.
Sebagai mana firman Allah Ta’la:


Syair 186: Siapa yang mentakwil pada bulan dan Matahari selain dari pada yang disebut, maka dia telah berjalan mengambil sesuatu yang dia tidak ketahui (berucap tanpa ilmu). Maka yang seperti ini adalah pendusta.
Didalam Al-Quran suda diterangkan fungsi dari bintang, bulan dan matahari. Maka apabila ada yang berkata fungsi selain itu, maka dia telah berdusta.
Syair 187: Seperti orang-orang yang mengikuti para penyembah haikal-haikal (struktur atau bentuk). Menisbatkan pengaruh bintang-bintang.
Hal ini seperti keadaan penyembah bintang di masa Nabi Ibrahim Alaihi Salam yang menyembah bintang-bintang dan kawakib (bintang yang diam).
Syair 188: Sama dengan orang yang menulis suatu aturan didalam ibadah mereka dalam bentuk akad, perjanjian, waktumya dalam mereka beribadah.
Syair 189: Dia bilang ini bintang menunjukan keberuntungan, yang ini menunukan kesialan. Hitungan mereka yang ini cocok nya begini dan begini. Betapa banyak mereka bikin dengan kedustaan mereka.
Dalam hal ini penulis mengingatkan akan bahaya perdukunan dan perbintangan. Kemudian membantah syubhat-syubhat orang-orang ang melakukan perdukunan dan perbintangan.
Sampai 32:42
Wallahu Ta’alla ‘Alam
