4. Keutamaan Ahli Hadist.

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar berpegang dengan Sunnah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar berpegang dengan Sunnah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Bait Syair 144:

Cukuplah mereka sebagai orang mulia karena mereka menggantikan … Penghulu orang-orang hanif (Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam) dalam agamanya yang lurus.

Bait Syair 145:

Mereka menghidupkan sunnah beliau speninggal beliau … Maka mereka pantas menjadi orang terdekat kepada beliau daripada seluruh manusia.

Bait Syair 146:

Mereka meriwayatkan hadist-hadist tentang syariat dari beliau … Tidak henti-hentinya mereka menghafal dengan hati dan dada

Bait Syair 147:

Mereka menyingkirkan darinya pemalsuan orang-orang yang batil … Juga penyimpangan orang-orang yang melampaui batas, dan takwil orang yang sesat lagi hina.

Bait Syair 148:

Mereka menunaikan sabda beliau sebagai penyampai nasihat kepada umat beliau … Mereka melindungi riwayatnya dari setiap orang yang tertuduh dusta

Bait Syair 149:

Mereka tidak sama sekali tidak dipalingkan oleh harta, pelayan … tidak pula jual beli, ladang, maupun binatang ternak

Bait Syair 150:

Inilah kemulian yang sebenarnya, karena kemuliaan itu bukan kerjaan maupun nasab … Sekali-kali tidak, bukan pula mengumpulkan harta dan pelayan.

Bait Syair 151:

Setiap kemuliaan itu rendah dibanding kemulian mereka … Setiap kerajaan adalah pelayan bagi kerjaan mereka

Bait Syair 152:

Keamanan, cahaya, dan kemenangan yang besar menjadi milik mereka … Pada Hari Kiamat, dan juga kabar gembira bagi golongan mereka.

Ahli Hadist adalah Pewaris Nabi

Dalam Bait Syair 144, Cukuplah kemuliaan ahli hadist, mereka menjadi para pewaris (para pengganti) untuk pemimpin orang-orang yang bertauhid (Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam), dalam agama yang lurus.

Ahli Hadist orang yang terdekat dengan Nabi

Dalam Bait Syair 145, Mereka menghidupkan sunnah Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam setelah Nabi. Maka mereka ini yang paling berhak terhadap Nabi dari seluruh makhluk.

Ahli hadist yang paling dekat dengan nabi karena mereka yang menghidupkan Sunnah Nabi.

Umat yang paling dekat kepada Nabi Ibrahim adalah umat Islam, bukan Yahudi ataupun Nashara. Sebagaimana Allah berfirman:

Ahli Hadist meriwayatkan dan menghafal hadist Nabi dengan hati dan pena

Dalam Bait Syair 146, Mereka ini meriwayatkan dari Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam, hadist-hadist syariat yang mereka riwayatkan. Mereka ini tidak menyimpan sebuah upaya kecuali dihabiskan didalam menghafal hadist Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.

Penjagaan oleh ahli hadist yaitu dengan dada dan pena. Yaitu menjaga ilmu di dadanya dengan cara menghafalkannya, sehingga mampu menghadirkan hadist itu kapan dia kehendaki. Hafalan itu tidak akan bisa kecuali dengan Itqan (mutqin). Dan tidak ada itqan kecuali selalu di muroja’ah.

Yang kedua dijaga dengan pena, yaitu hadistnya ditulis. Apabila tidak hafal, diambil dari guru kemudian ditulis. Tapi tidak sekedar ditulis, dibenarkan tulisannya. Dengan cara apabila selesai menulis dari perkataan guru, kemudian dicocokan dengan bukunya guru. Sehingga catatannya sudah benar. Atau mencocokan tulisannya dengan tulisan murid lain yang sudah dicocokan dari guru. Sehingga yakin bahwa tulisannya sudah benar.

Rawi jaman dahulu ada yang punya hafalan saja, tidak pernah menulis, seperti As-Sya’bi. Beliau berkata saya tidak menulis hitam di atas putih. Tapi ada kelamahannya karena sifat manusia ada lupanya. Dan As-Sya’bi berkata ada hadist yang saya lupa dan apabila dihafal orang seseorang maka dia akan menjadi Alim. Hal ini dikarenakan saking banyaknya hafalan hadist As-Sya’bi. Ketika puluhan sahabat masih hidup, As-Sya’bi sudah diminta fatwanya.

Sebagian ulama tidak punya hafalan tapi dikatakan shahihul kitab. Seperti kitabnya Jarir bin Abdul Hamid Ad-Dhobi, ada riwayat beliau dalam Bukhari dan Muslim dikarenakan kitabnya shahih.

Kebanyakan Ahli hadist menggabungkan dua metoda yaitu menghafal dan menulis. Seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad. Ada beberapa metoda dalam menulis dan menghafal: penulisan ujungnya saja dan menghafal sisanya.

Ahli Hadist menafikan jalannya Ahlul Bathil, Orang yang menyimpan dan takwil sesat

Bait Syair 147: Mereka menafikan dari agama ini, jalannya ahlul bathil. Ta’rifnya orang-orang yang ekstrim. Dan Ta’wilnya orang-orang yang tersesat dan tercela.

Tiga sifat yang menjadi sumber permasalahan menyimpang dalam ilmu

  1. Ekstrim (berlebihan)
  2. Menempuh jalan yang bathil (jalan sendiri)
  3. Ta’wil orang-orang yang jahil.

Ketiga kelompok ini akan ada disetiap zama, akan tetapi Alhamdulillah ada yang menjaga agama ini (ahli hadist).

Dikatakan kepada Ibnu Mubarak Rahimahullah, “Tidakkah engkau khawatir akan bahaya yang menimpa ilmu dimana ahlu bid’ah datang dan ditambah hadist yang bukan darinya?”. Ibnu Mubarak berkata “Saya tidak mengkhawatirkan itu karena para jihbit yang pandai mengeritik hadist akan selalu hidup”. Hingga hari ini orang yang menguasai hadist masih ada. Sehingga tidak akan ada yang bisa menambahkan hadist.

Ahli Hadist menyampaikan sabda Nabi sebagai nasihat bagi umat dan menjaga riwayat hadist

Bait Syair 147: Mereka ini menyampaikan sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam sebagai nasihat bagi umat. Mereka menjaga riwayat hadist nabi dari setiap orang-orang yang tertuduh didalam agamanya.

Ini adalah pekerjaan ahli hadist, apabila ada hadist disampaikan. Sebagai nasihat untuk umat. Kemudian mereka jaga riwayat hadist itu dari setiap orang yang berbahaya.

Sehingga mengambil ilmu tidak sembarangan. ada etikanya. Ibnu Sirin Rahimaullah berkata “Sesungguhnya hadist ini adalah agama, lihatlah darimana kalian mengambil agama kalian”. Lafadh lain “Sesunguhnya ilmu itu adalah agama, lihatlah darimana kalian mengambil agama kalian”.

Apabila ingin menuntut ilmu, maka dilihat dulu gurunya. Guru tersebut belajar dari siapa. Dilihat gurunya bagus atau tidak. Zaman dulu apabila ingin memilih guru ditanyakan kepada ulama yang menjelaskan mana guru yang hadistnya shahih, bagus manhajnya.

Ibnu Sirin berkata “Mereka tidak tanya tidak sanad. Tapi ketika terjadi fitnah (terbunuhnya Ustman bin Affan Radhiallahu Anhu), baru kelihatan ada orang-orang yang menyimpang.”. Sebelumnya tidak ada yang tanya mengenai sanad, karena mengambil ilmu dari sahabat tidak usah ditanya. Akan tetapi setelah terjadinya fitnah, ternyata ada yang menyimpang. Sehingga mulai ditanyakan, dari mana kamu mengambil ilmu ini dan dari mana meriwayatkannya. Apabila dari ahli sunnah hadistnya diambil tapi apabila dari ahli bid’ah ditinggalkan.

Zaman sekarang ini begitu mudah membuka internet, sembarang dilihat. Ada orang yang tidak dikenal, didengarkan ucapannya. Kadang masuk dalam hatinya bercokol dalam dadanya dari ucapan orang tersebut, tidak bisa dia keluarkan. Masuk bid’ah dan subhat tidak diketahuinya.

Di masa ini, Ahmad Al-Hazimi, penduduk mekah yang sekarang di penjara. Orang ini mengajarkan buku-buku dari sheikh Muhammad bin Abdul Wahab. Sekarang menjadi rujukannnya orang-orang teroris (ISIS). Pemahaman takfiri. Sehingga jangan sembarang mendengarkan dari Internet.

Sehingga kita perlu menempuh jalannya ahli hadist yaitu jalan yang lurus, pertengahan dan kelihatan. Sehingga mengambil ilmu harus tahu dari mana dia mengambilnya.

Ahli Hadist tidak dilalaikan Harta, Pelayan, dan Perniagaan

Bait Syair 149: Mereka tidak dilalaikan (dipalingkan) oleh dunia (harta), tidak pula oleh haul (budak-budak atau pelayanan), tidak pula dilalaikan oleh perniagaan (jual beli), tidak pernah dilalaikan oleh perkebunan dan tidak pula dilalaikan oleh kenikmatan-kenikmatan.

Akhirat bagi ahli hadist sangat terang benderang. Akan tetapi tidak pula meninggalkan dunia seluruhnya, ada yang berdagang. Seperti Ibnul Mubarak dikenal sebagai pedagang tapi sangat zuhud. Dikenal dengan orang yang mengumpulkan kebaikan, seakan segala jenis ibadah sudah dia kerjakan.

Mereka tidak dilalaikan oleh dunia, diambil sekadar dari dunia, pada hal yang tidak menyibukannya dan punya waktu tetap terkait dengan ilmu.

Ahli hadist memiliki kekuasaan sebenarnya

Bait Syair 150: Inilah kekuasaan yang sebenarnya, bukan kerajaan bukan pula nasab dan bukan pula mengumpulkan harta dan pembantu.

Kekuasaan yang sebenarnya apabila perhatian dengan ilmu, perhatian dengan Agama Allah, perhatian dengan sunnah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.

Ahli hadist memiliki kemuliaan dan kekuasaan

Bait syair 151: Setiap kemuliaan itu rendah disisi kemuliaan ahli hadist. Dan setiap kekuasaan adalah membantu kekuasaan mereka, pelayan terhadap kekuasaannya ahli hadist.

Apabila ada suatu yang mulia, dibandingkan dengan kemulian ahli hadist maka sesuatu itu menjadi rendah.

Dalam kisah Harus Al-Rasyid, istrinya ketika melihat kondisi Ibnul Mubarak (seorang alim dari negeri Horosan). Ketika masuk ke Rakah disambut oleh penduduk negeri. Istri Harun Al-Rasyid dari istana dilihat dari kejauhan ada orang diikuti oleh banyak manusia sampai debu mengepul keatas. Mereka punya sendal copot dibiarkan saja, jangan sampai luput dengan orang didepan ini. Ketika ditanya siapakah orang ini, maka dijawab ini adalah Abdullah Ibnul Mubarak, Alim dari negeri Khorosan datang berkunjung ke Rakah disambut oleh manusia. Kemudian istrinya berkata inilah kekuasaan, bukan kekusaannya Harun Al-Rasyid yang berkuasa dengan tentara dan pelayan. Adapun Ibnul Mubarak menguasai hati manusia. Karena manusia perlu pada ilmunya.

Diatanya pada Hajat bin Yusuf, siapakah yang berkuasa di Basrah, orang-orang menjawab Al-Hasan Al-Basri. Dengan apa mereka memimpin kalian?. Dengan ilmunya. Orang perlu ilmu Hasan Al-Basri, sedangn dia tidak perlu dengan mereka.

Ahli hadist diperlukan oleh manusia. Apabila tinggal diuatu negeri, maka negeri itu perlu padanya. Akan tetapi dia tidak perlu pada manusia dan negeri.

Bait Syair 152: Rasa aman cahaya, keberuntungan dan kabar gembira untuk ahli hadist pada hari kiamat.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Tinggalkan komentar