Menyambut Hari-Hari Terbaik Dunia (10 Hari Awal Dzulhijjah)

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema Menyambut Hari-Hari Terbaik Dunia, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala.

Hari-hari 10 awal Dzulhijah tidak sama dengan hari-hari lainnya. Ini adalah hari-hari terbaik dunia.

Beberapa perkara penting:

  • Pentingnya memahami kebesaran dan keagungan karunia Allah Ta’ala kepada umat Islam.
  • Apabila hari telah barlalu maka ada yang telah berlalu darimu
  • Kehidupan harus selalu terukur, berjalan dengan yang paling baik yaitu yang paling dicintai Allah.
  • Tidak dibiarkan hari-hari dengan sia-sia, tanpa memperoleh kebaikan
  • Di hari-hari utama, Allah mengutamakan umat islam dengan masa dan waktu yang disyariatkan ibadah pada musim-musim tertentu

Kaidah umum:

Harus ada kegimbaraan dalam menyambut hari-hari terbaik.

Maksud Utama di Balik Pensyariatan

Ada beberapa maksud yang disyariatkan beribadah dalam waktu-waktu terbaik, termasuk diawal 10 hari Dzulhijjah:

Maksud Pertama: Untuk menegakkan penghambaan kepada Allah Ta’ala.

Waktu-Waktu yang Penuh dengan Kebaikan adalah untuk Menegakkan Penghambaan kepada Allah Ta’ala

Maksud adanya waktu-waktu terbaik dengan berbagai keutamaan adalah menegakan peribadatan dan penghambaan kepada Allah.

Tujuan penciptaan manusia:

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam diperintah untuk beribadah:

Maksud Kedua: Untuk menegakkan Sunnah Rasulullah

Jalan nabi adalah jalan yang terang. Ada sunah-sunah ketika bulan Dzulhijjah: tuntunan dalam menyembelih hewan qurban, dimusim haji “Hendaknya mengambil dariku tatacara manasik kalian”.

Hari-hari agung ini untuk mendidik kita untuk berpegang di atas sunnah shallallahu alaihi wasallam. Apabila berpegang diatas sunnah, maka akan dibukakan berbagai kebaikan dan ketaatan, sebagaimana firman Allah:

Sehingga apabila diamalkan sunnah tersebut, ini adalah satu sebab Allah akan membukakan untuknya pintu-pintu ilmu sehingga mengenal ibadah-ibadah yang lain.

Ulama berkata “Siapa yang beramal dengan ilmu yang dia ketahui, maka Allah akan ajarkan untuknya ilmu yang sebelumnya tidak dia ketahui”.

Apabila berpaling dari sunnah, maka ini adalah sebab musibah dan malapetaka. Dikhawatirkan akan menimpa umat ini, hal-hal yang tidak menyenangkan, sebagaimana firman Allah:

Dari Annas bin Malik Radhiallahu Anhu, dalam riwayat Muslim, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang tidak senang dengan sunnah ku, maka dia bukan dariku”.

Maksud Ketiga: agar seorang hamba berhati-hati dari makar syaithan

Maksud dari pokok penghambaan dalam syariat-syariat diwaktu-waktu yang diagungkan adalah bagaimana seorang hamba berhati-hati dari gangguan syaithon.

Kenapa banyak ketaatan diingatkan? Karena kita dalam peperangan menghadapi syaithon. Jangan merasa adem-ayem, damai dan tenang, sedangkan syaihton selalu menganggap kita sebagai musuh yang paling besar. Sangat bersemangat untuk mencari pengikut-pengikut yang bisa menemaninya di neraka.

Syaithon sangat bersemangat untuk menjadikan orang-orang tidak bersyukur, sebagaimana firman Allah:

Diantara bentuknya, ketika seseorang masuk Dzulhijjah, tidak dapat apa-apa didalamnya, bahkan berbuat dosa dan maksiat. Bulan Dzulhijjah berbeda dengan Ramadhan. Di bulan Ramadhan banyak umat islam sadar akan keutamannya. Tapi bulan Dzulhijjah tidak banyak yang tahu akan keutamannya.

Maka syariat-syariat yang agung ini mengingatkan kita akan kaidah, sebagaimana Allah berfirman:

Seorang muslim semasa hidupnya tidak boleh lalai. Karena harus bermusuhan dengan syaithon. Syaithon tidak pernah istirahat, menyerang dari segala penjuru, mengalir dalam aliran darahnya, dan bersumpah kepada Allah untuk menyesatkan manusia.

Maksud keempat: Menegakkan Ketaqwaan.

Maksud utama dibelakang banyak pensyariatan adalah bagaimana seorang hamba menegakkan ketaqwaan dalam kehidupannya. Ketaqwaan yang akan menyelamatkan seorang hamba.

Taqwa adalah bekal untuk kita semua, sebagaimana dalam pembahasan haji.

Dan dalam pembahasan Qurban:

Dalam memasuki bulan Dzulhijjah, apabila berniat berqurban maka disyariatkan untuk tidak memotong kuku, mencabut kulit, dan menghilangkan rambut. Ini adalah latihan untuk bertaqwa.

Taqwa adalah engkau beramal ketaatan kepada Allah sesuai dengan petunjuk Allah, dan mengharap pahala Allah. Dan Taqwa adalah engkau meninggalkan maksiat kepada Allah sesuai dengan petunjuk dari Allah, karena engkau takut kepada Allah. Maknanya juga menjalankan segala perintah dan menjauhi segala yang dilarang.

Maka ketika memasuki bulan Dzulhijjah berlaku larangan-larang, yang ini merupakan hal-hal yang kecil. Termasuk larangan-larangan ketika berihram. Untuk melatih ketaqwaan kita agar terbiasa. Sehingga di hari-hari lain dikehidupannya akan tetap menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Sebagaimana shalat ketika takbiraturraatul ihram, ada larangan-larangan dalam shalat (berbicara, menoleh, dan sebagainya). Setelah salam baru kembali seperti asalnya.

Maksud kelima: Menjalin kebersamaan, persaudaraan dan membenahi hubungan hati.

Maksud pokok persyariatan dalam sejumlah ibadah-ibadah agung termasuk amalan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah adalah: umat islam menjalin kebersamaan, mengikat tali persaudaraan, selalu membenahi hubungan hati mereka.

Semua umat islam disyariatkan untuk bertakbir, bertahlil dan bertahmid ketika memasuki bulan Duzhijjah. Sehingga terlihat kebersamaan mereka. Abu Bakar radhiallahu anhu dan Ibnu Ummar radhiallahu anhuma masuk ke pasar mengumandangkan takbir, yang menyebabkan seluruh orang dipasar ikut bertakbir.

Disyariatkan menyembelih hewan qurban, dagingnya sebagian untuk dirinya dan sebagian dihadiahkan untuk tetangganya dan siapa yang perlu, dan yang lainnya disedekahkan.

Di musim haji, banyak manusia berkumpul, dihari Arafah disyariatkan berpuasa termasuk syariat puasa dari tanggal 1 sampai 8 Dzulhijjah. Kemudian di Idul Adha, semuanya hadir shalat Ied. Ini adalah simbol dalam kebersamaan. Ikut bergembira bersama sebagaimana juga apabila ada kesedihan, mereka juga merasakannya. Pada saat idul fitri ada syariat zakat fitrah dan di saat idul adha ada syariat ber-qurban.

Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim, dari An-Nu’man bin Basyir radhiallahu anhuma, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Perumpamaan kaum mukminin dalam saling cinta mencintai, kasih mengasihi, sayang menyayangi, itu seperti satu jasad”. Apabila ada satu badan yang terkena penyakit maka yang lain akan merasakannya.

Sebagaimana didalam penentuan masuknya Bulan Dzulhijjah juga diarahkan kepada kebersamaan, sebagaimana Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda “Apabila kalian melihat hilal bulan Dzulhijjah”. Dalam riwayat Imam At-Tirmidzi dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:

Salah satu waktu berkumpul para ahli hadist dizaman dahulu yaitu pada saat musim haji dimana mereka saling menyampaikan hadist dan riwayatnya.

Maksud keenam: Agar Hamba terbiasa mengagungkan simbol Allah Ta’ala

Maksud syariat adalah terbiasa mengagungkan dan membesarkan simbol-simbol Allah Subahanhu Ta’ala. Allah berfirman dalam surat Al-Haj: “Demikianlah ketentuan Allah dan barang siapa yang mengagungkan simbol-simbol Allah (Syiar Allah dan Agama), maka itu adalah bagian ketaqwaan di dalam hati”.

Sehingga apabila bertemu dengan bulan Dzulhijjah dihadirkan pengagungan akan awal 10 hari Dzulhijjah. Karena Allah dan Rasul-Nya yang mengagungkannya. Yaitu dengan cara ibadah dan ketaataan. Pengagungan salah satu bentuk ketaqwaan yang menyebabkan Allah melimpahkan berkah, sebagainaman firman-Nya.

Musibah dikarenakan perbuatan tangan manusia:

Maksud ketujuh: Menegakkan Kesyukuran kepada Allah Ta’la

Dalam pembahasan qurban, Allah berfirman:

Di hari tasyrik tidak boleh berpuasa, karena hari-hari itu disyariatkan bersyukur kepada Allah, bergembira akan nikmat dari Allah.

Syukur ada yang terkait dengan lisan, hati, dan anggota tubuh. Orang yang bersyukur harus terpenuhi lima syarat.

Lima Syarat Kesyukuran

  1. Tunduk kepada Allah Ta’ala yang telah memberikan nikmat.
  2. Cinta kepada Allah yang telah menganugrahkan nikmat.
  3. Mengakui dalam hatinya bahwa nikmat itu datang dari Allah.
  4. Memuji Allah dengan lisannya.
  5. Nikmat itu digunakan pada hal yang dicintai dan diridhoi oleh Allah.

Akhlak Mulia: Terbiasa Bersegera pada Ketaatan dan Menghargai Sisa Usia

Berlomba pada ketaatan dan menghargai umur yang tersisa. Apabila kita tahu keutamaan 10 hari pertama Bulan Dzulhijjah, maka kita bersemangat untuk menjalankan ketaatan.

Kadang ada yang sudah tahu jalannya ke negeri akhirat, tapi bermalas-malasan.

Pada setiap hari ada waktu-waktu utama. Waktu subuh adalah waktu yang paling bagus. Nabi shallallahu alaihi wasallam berfirman “Diberkahi pada waktu subuh umatku”. Waktu Duha juga waktu berbekah yang disyariatkan shalat. Dimalam hari ada sepertiga malam terakhir. Apabila kita terbiasa dengan waktu-waktu utama, maka Bulan Dzulhijjah ini sebagai pengingat kita agar segera berlomba-lomba ibadah.

Selanjutnya pembahasan dari Buku “Mendulang Pahala di Bulan Dzulhijjah”.

Keutamaan 10 Hari Hari Awal Dzulhijjah

Keutamaan 10 Hari Awal Dzulhijjah ada didalam Al-Qura’n dan Hadist:

Pertama: Surah Al-Fajr Ayat 1 dan 2: Demi Fajar, dan Demi Malam yang Sepuluh

Malam yang sepuluh artinya: Imam At-Thobari menyebutkan malam ini adalah 10 malam Dzulhijjah. Demikian juga Ibnu Katsir, Ibnu Abbas dan ulama-ulama lainnya.

Maka hari-hari ini menjadi keagungan. Allah telah bersumpah dengannya. Allah tidak bersumpah dengan sesuatu kecuali sesuatu itu sangat besar disisiNya.

Sumpah Al-Fajr, sumpah dengan waktu fajr. Waktu adalah sesuatu yang dibesarkan oleh Allah. Allah telah memberikan peringatan sebagaimana firmanNya:

Kedua: Surah Al-Hajj 27-28, Hari-Hari Berdzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Umukan ibadah haji, maka mereka akan datang dengan berjalan kaki, mengendari unta yang kurus dari segala penjuru. Supaya mereka menyaksikan manfaat. Dan supaya berdzikir kepada Allah pada hari-hari yang telah ditentukan.

Ibnu Katsir berpendapat hari-hari ini adalah 10 hari Dzulhijah. Beliau mengutip dari Ibnu Abbas, Abu Musa Al-Ashari, Muhajid, Qatadah dan lainnya.

Apabila dalam surat Al-Fajr disebut malamnya, di surah Al-Hajj disebut harinya. Tapi ini tidak bertentangan karena penyebutan malam bermakna dengan harinya demikian pula sebaliknya.

Ketiga: Hadist Ibnu Abbas Radhiallahu Anhu, Riwayat Bukhari, Abu Daud dan At-Tirmidzi serta Ibnu Majjah:

Tidak ada satu hari pun, artinya dari seluruh hari dalam setahun, yang lebih dicintai dari 10 hari pertama Dzulhijjah.

Kemudian para sahabat bertanya:

Apakah amalan Jihad dikalahkan oleh amalan 10 hari ini?, Nabi berkata, “iya, tidak pula dilebihi oleh Jihad fisabilillah. Kecuali kalau jihadnya orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan suatu apapun. Artinya mati syahid.

Beberapa Faedah dari Hadist:

Faedah Hadist Pertama: Keutamaan amalan kebaikan pada 10 hari awal Dzulhijjah. Sehingga keutamaan beramal pada hari-hari tersebut, tidak terkalahkan oleh amalan apapun pada selain hari-hari itu, termasuk amalan jihad dijalan Allah yang tidak mengakibatkan mati syahid.

Ucapan Abdurahman bin Mul: Sesungguhnya para sahabat dan tabi’in mengangungkan 3 sepuluh: sepuluh hari terakhir Ramadhan, sepuluh hari awal Dzulhijjah, dan sepuluh hari awal Muharram.

Bulan muharram secara umum adalah bulan yang paling baik berpuasa. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda “sebaik-baik puasa setelah ramadhan adalah puasa di bulan Allah yaitu Muharram”. Termasuk ada tanggal 9 dan 10 Muharram, yang disyariatkan berpuasa. Bahkan sebelum diwajibkan puasa Ramadhan, puasa wajibnya umat islam yaitu tanggal 10 Muharram.

Faedah Hadist Kedua: Amalan shalih pada 10 hari awal Dzulhijjah lebih utama daripada di hari lainnya.

Sholat, puasa, sedekah dan lainnya pada 10 hari awal Dzulhijjah lebih utama dari waktu lainnya. Hal ini dikarenakan semua amalan shaleh, pahalanya dilipatgandakan.

Kisah Abu Bakr Ash-Shiddiq yang selalu memakmurkan hari-harinya dengan amalan shalih

Dari riwayat Imam Muslim, dari Abu Hurairah: Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat, Siapa daiantara kalian hari ini sedang berpuasa?. Maka Abu bakar berkata “Saya Rasulullah”. Kemudian Nabi bertanya lagi “Siapa diantara kalian yang mengantar jenazah di hari ini”?. Abu Bakar mengangkat tangan lagi “Saya Rasulullah”. Kemudian Nabi bertanya lagi “Siapa diantara kalian hari ini yang memberi makan orang miskin?”. Abu Bakar mengangkat tangan lagi “Saya Rasulullah”. Kemudian Nabi bertanya lagi “Siapa diantara kalian yang mengunjungi orang sakit hari ini?”. Abu bakar mengangkat tangan lagi “Saya Rasulullah”.

Maka Nabi bersabda: “Tidak lah empat ini berkumpul pada seseorang, kecuali dia masuk surga”.

Hari-hari diawal bulan Dzulhijjah ini, apabila sudah berlalu satu hari, dia akan pergi, tidak kembali selama-lamanya. Tahun depan belum tentu kita dapat hari yang sama

Ustadz Dzulqarnain M Sunusi

Kisah Rabiah bin Ka’ab: Memanfaatkan peluang untuk kebaikan akhirat.

Dari shahih Muslim, mengenai kisah Rabiah bin Ka’ab dan Sahabat Anshar yang pandai Memanfaatkan Pelang untuk Kebaikan Akhirat. Salah satu pelayan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Rabiah bin Ka’ab berkata, suatu malam saya tidur dirumah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, maka saya bawakan air wudhu beliau dan keperluannya.

Melihat hal tersebut Nabi berkata kepada Rabiah “Mintalah kamu?”. Ini adalah akhlak baik rasulullah, apabila ada yang berbuat baik maka beliau balas. Arti “mintalah” tidak terbatas apa saja yang dia minta, bisa kedudukan, lamarkan anak gadisnya si fulan, dan selainnya.

Rabiah berkata “Wahai Rasulullah, saya meminta kepadamu supaya saya bisa menemani engkau di surga”. Ini adalah ciri orang yang mempunyai cita-cita hidup, selalu di hatinya ada motivasi terus walaupun ditangannya ada banyak pekerjaan dunia.

Nabi menjawab, “Barangkali kamu minta yang lain saja?”. Tapi Rabiah tidak gentar tetap meminta “Cuman itu yang saya minta Rasulullah”.

Kemudian Rasulullah berkata “Kalo begitu, bantu lah saya supaya bisa memohon kepada Allah, yaitu dengan memperbanyak sujud”. Sebab ini kedudukan tinggi harus dicapai dengan amalan yang tinggi pula.

Faedah Hadist Ketiga: Seluruh amalan shalih pada 10 awal Dzulhijjah lebih utama daripada hari lainnya. Seperti: Amar ma’ruf nahi mungkar, mengajarkan ilmu, da’wah dijalan Allah, bertutur kata yang baik, menyambung silaturahmi, berbakti kepada orang tua, memaafkan orang yang keliru, mendoakan saudara-saudara kaum muslim, bantuk yang terkena musibah.

Faedah Hadist Keempat: Keutamaan 10 Hari Awal Dzulhijjah tidak bisa dibandingkan dengan Hari lainnya.

Tidak ada suatu haripun di kehidupan ini yang amalan sholeh dihari-hari tersebut lebih dicintai oleh Allah melebihi 10 hari pertama di Bulan Dzulhijjah.

Dalam hadist yang lain redaksinya: tidak ada satu hari pun yang lebih agung dan lebih dicintai oleh Allah, beramal soleh didalamnya melebihi 10 hari pertama di Bulan Dzulhijjah.

Ini menunjukan bahwa 10 hari pertama bulan Dzulhijjah tidak bisa dibandingkan dengan hari-hari lainnya.

Bagaimana dengan 10 hari terakhir ramadhan? Ada silang pendapat dikalangan ulama. Tetapi kalo melihat text hadist secara umum 10 hari pertama Dzulhijjah lebih utama termasuk dari 10 hari terakhir ramadhan. Ini pendapat Ibnu Rajab. Ada ulama yang mengkompromikannya yaitu apabila dari sisi hari nya maka 10 hari awal Dzulhijjah lebih utama. Tapi apabila dari sisi malamnya, maka 10 hari terakhir Ramadhan lebih utama dikarenakan ada malam laitul qadar.

Amalan yang Disyariatkan khusus di 10 hari Awal Dzulhijjah

Amalan Pertama: Berpuasa

Hadist riwayat Imam Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i dan selainnya:

Hari Asyuro adalah 10 Muharram.

Nabi berpuasa 9 hari di bulan Dzulhijjah, disyariatkan berpuasa dari tanggal 1-9 Dzulhijjah.

Khususnya di tanggal 9 Dzulhijjah yang disebut puasa Arafah. Hadist Al-Qotada Al-Anshori:

Di riwayat lain:

Dalam text pertama dosa digugurkan satu tahun sedangkan di text kedua dosa digugurkan dua tahun.

Ada hadist dari Aisyah yang mengatakan bahwa Nabi tidak pernah puasa di 9 hari pertama Dzulhijjah. Namun Aisha berbicara sesuai dengan kadar yang dia ketahui. Adapun istri nabi yang lain juga berbicara apa yang dia lihat. Dan suatu hal yang biasa apabila suami berpuasa istrinya tidak mengetahui.

Puasa ini disyariatkan untuk orang yang tidak Haji, yang melaksanakan Haji tidak disyariatkan puasa Arafah.

Amalan kedua: Banyak membaca Tahlil, Takbir, dan Tahmid

Amalan ini berlaku dari tanggal 1 Dzulhijjah sampai hari tasyrik 13 Dzulhijjah.

Hadist Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma:

Hal ini juga sejalan dengan firman Allah:

Tahlil: Laillaha illallahu, bisa dengan bacaan yang panjang

Takbir: Allahu Akbar, atau dengan takbir lainnya

Tahmid: Alhamdulillah

Tidak ada text khusus untuk mengucapkan kalimat ini tapi yang pokoknya adalah berdzikir kepada Allah.

Ibnu Umar dan Abu Hurairah di 10 hari pertama Dzulhijjah pergi ke pasar untuk bertakbir dan orang-orang yang dipasar menjadi ikut bertakbir.

Kisah Abu Hasan Albarbari Rahimahullah Ta’alla yang didoakan oleh seluruh kota.

Imam besar di kota Baghdad. Suatu hari beliau duduk di mesjid, kemudian bersin. Maka beliau berkata “Alhamdulillah”. Karena yang hadir di mesjid banyak, maka mesjid bergemuruh mengucapkan “Yarhamu kallahu”. Orang-orang yang diluar mesjid mendengarnya bahwa Imam bersin di mesjid, sehingga orang-orang yang di luar pun mengikuti mengucapkan “Yarhamu kallahu”. Selanjutnya ucapan orang-orang yang diluar juga terdengar oleh orang yang ada di pasar, sehingga mereka pun mengucapkan “Yarhamu Kallahu”. Sehingga dikisahkan satu kota baghdad mengucapkan “Yarhamu Kallahu”.

Dua Jenis Takbir pada 10 Hari Awal Dzulhijjah dan Hari Tasyrik

Pertama: Takbir Mutlaq, takbir yang tidak terikat oleh tempat maupun waktu tertentu pada 10 hari awal Dzulhijjah dan hari-hari tasyrik.

Kedua: Takbir Muqoyat (terikat), takbir yang terikat setiap pelaksanaan shalat dimulai pada 9 Dzulhijjah setelah shalat subuh sampai tanggal 13 Dzulhijjah setelah shalat Ashar.

Imam Ahmad mengatakan ini adalah Ijma kesepakatan Umar, Ali, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud. Mereka empat orang sahabat mengerjakan hal itu dan tidak ada sahabat lain yang menyelisihinya. Sehingga ini merupakan kesepakatan para sahabat. Para Sahabat tidak pernah bersepakat pada hal yang keliru.

Doa di Arafah

Hadist riwayat Abdullah bin Amr bin Ash, riwayat Imam At-Tirmdzi dan lainnya:

Faedah hadist:

  • Keutamaan berdoa di hari Arafah. Memperbanyak doa di hari arafah, terutama setelah shalat Ashar sampai matahari terbenam.
  • Ucapan doa para nabi di hari Arafah: La Ilaha Illallahu Wahdahu la syarika lahu. Lahul mulku wa lahul hamdu, wahua ‘ala kulli syai in qadir.

Tanggal 8 Dzulhijjah – dianamakan yaumu tarwiyah

Tanggal 9 Dzulhijjah – dianamakan yaumu nahr

Tanggal 10 Dzulhijjah – dianamakan yaumu arafah atau yaum al adha

Tanggal 11 Dzulhijjah – dianamakan yaumu qar

Tanggal 12 Dzulhijjah – dianamakan yaumu nafa al awal

Tanggal 13 Dzulhijjah – dianamakan yaumu nafa as stani

Hari Teragung di Sisi Allah Ta’la adalah Hari Nahr

Hadist Abdullahi bin Qurot radhiallahu anhu, dari Imam Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i, Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda “Hari yang paling agung disisi Allah adalah hari nahr (penyembelihan), setelah itu hari al-qar (menetap).”

Hari Al-Qar adalah hari menetap sebab mulai 11 Dzulhijjah jemaah haji menetap di Mina sampai 12 atau 13 Dzulhijjah.

10 Dzulhijjah disebut sebagai Hari Haji Akbar

Hari haji terbesar dikarenakan didalamnya berkumpul empat amalan haji dalam satu hari: melempar jam’atul aqobah, menyembelih, cukur gundul bagi laki-laki (ujung rambut untuk perempuan), dan tawaf ifadah (rukun haji).

Tanggal 10 Dzulhijjah adalah hari yang paling afdol.

Hari-Hari Tasyrik adalah hari makan-minum serta berdzikir kepada Allah Ta’ala

Hadist dari Nubaisa Al Hudari Radhiallahu anhu:

Firman Allah:

Hari terbilang maksudnya 11,12, dan 13 Dzulhijjah atau hari tasryik.

Tidak boleh berpuasa pada hari tasyrik kecuali untuk jama’ah haji tamatu atau qiran yang tidak bawa sembelihan atau tidak mampu maka kafaratnya puasa 10 hari yaitu 3 hari dimasa haji dan 7 hari ketika pulang.

Islam adalah agama yang menjaga keseimbangan ada hari disyariatkan berpuasa (tanggal 1-9 Dzulhijjah) dan hari disyariatkan untuk tidak boleh berpuasa (11-13 Dzulhijjah).

Amalan Ketiga: Ber-Qurban

Ber qurban di tanggal 10 Dzulhijjah. Apabila berniat berqurban maka mulai tanggal 1 Dzulhijjah tidak boleh mencabut kulitnya, memotong rambut, dan memotong kuku.

Dalam riwayat lain:

Hukumnya haram bukan makruh akan tetapi tidak ada kafarah.

Wallahu Ta’ala A’lam

Tinggalkan komentar