Kitab Manzhumah Mimiyyah
Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah
Bab: Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah ‘Azza wa Jalla, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Setelah menguraikan tentang keutamaan ilmu dan sejumlah pembahasan terkait dengannya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keagungan Al-Quran, bagaimana kedudukannya, beberapa ketentuan terkait dengan Al-Qur’an: mengenal hukumnya, beramal, dan mengimani. Juga diterangkan mengenai sejumlah keutamaan dari Al-Quran: keutamaan membaca dan tadabur.
Al-Qur’an sebagai Mukjizat
Bait Syair 111:

Telah sempurna dan cukup bagi engkau dengan Al-Qur’an sebagai mukjizat. Yang mukjizat ini kekal didunia yang tidak akan pernah sirna. Maksudnya Al-Qur’an ini adalah mukjizat tidak terputus, terus belanjut hingga hari kiamat. Mukjizat artinya sesuatu yang tidak dikalahkan dan tidak pula ada yang bisa mendatangkannya. Namun dalam bahasa Al-Qur’an tidak disebut mukjizat melainkan ayat, bayinat (kejelasan), Al-Huda (petunjuk-petunjuk). Namun maksud penulis adalah sama dalam pengertiannya, agar bisa dipahami orang-orang belakangan.
Bait Syair 112:

Dua mukjizat Al-Qur’an dalam bait syair 112:
Mukjizat Pertama: Al-Qur’an tidak pernah melekat padanya pergantian dan perubahan. Tidak ada yang bisa mengganti dan merubah Al-Qur’an walaupun satu huruf. Bahkan sepotong kalimat saja tidak ada yang bisa merubahnya. Ada kesalahan panjang-pendeknya saja, akan ketahuan.
Sebagaimana ayat:
Penjagaan Al-Qur’an tidak hanya berkurang huruf atau katanya saja, tapi maknanya pun dipelihara oleh Allah Ta’ala.
Mukjizat Kedua: Al-Qur’an tidak bosan dengan banyak mengulang. Tidak seperti buku biasa yang akan membosankan apabila dibaca berulang-ulang, Al-Qur’an semakin dibaca maka semakin cinta membacanya. Ustman bin Affan radhiallahu anhu berkata “Andaikata hati-hati itu suci, maka dia tidak akan pernah kenyang membaca firman Allah Ta’alla”. Di dunia, apabila memiliki nikmat apa saja, yang paling bagus, cantik dan indah, tapi apabila terlalu sering dia lihat dan bersamanya, pasti ada suatu waktu akan bosan. Tapi Al-Qur’an tidak ada seperti itu (bosan). Apabila hatinya suci, maka Al-Qur’an semakin dibaca semakin mencintainya.
Bait Syair 113:

Tiga mukjizat selanjutnya dalam bait syair 113:
Mukjizat Ketiga: Al-Qur’an itu muhaiminan. Bermakna yang terpercaya (Amiin). Apa saja yang sesuai dengan Al-Qur’an adalah benar dan apa saja yang menyelisihan Al-Qur’an adalah salah.
Muhaiminan adanya yang menafsirkan sebagai saksi, sebagai hakim yang memutuskan. Sebagaimana dalam ayat berikut:
Mukjizat Keempat: Al-Qur’an itu dalam bahasa Arab yang tidak ada bengkoknya. Sebagaimana firman berikut:

Siapa yang ingin belajar bahasa yang paling fasih, tata bahasa yang paling tinggi, makna yang paling hebat didalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an dalam bahasa Arab sulit untuk diterjemahkan dengan bahasa lain. Yang ada adalah menerjemahkan maknanya bukan dari bahasanya. Sehingga istilanya bukan terjemahan ayat akan tetapi terjemahan makna ayat. Karena ayat-ayatnya adalah mukjizat tidak bisa diterjemahkan ke bahasa lain.
Mukjizat Kelima: Al-Qur’an membenarkan kitab sebelumnya. Maknanya semua kita sebelum Al-Qur’an semua kandungannya ada dalam Al-Qur’an. Sehingga umat sebelum nabi Muhammad, begitu datan nabi Muhammad maka wajib mengikuti nabi Muhammad.
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

Bait Syair 114:

Mukjizat Keenam: Didalam Al-Qur’an terdapat rincian-rincian semua hukum. Sebagaimana firman Allah:
Mukjizat Ketujuh: Didalam Al-Qur’an terdapat didalamnya berita-berita umat-umat yang akan datang dan perkara umat-umat yang telah berlalu.
Hal ini diambil dari sebua hadist, walaupun ada kelemahan dari sisi riwayat tapi maknanya benar.
Mukjizat Kedelapan: Didalam Al-Qur’an terdapat penjelasan dan kengerian dan siksa terhadap umat-umat yang menentang.
Bait Syair 115:

Mukjizat Kesembilan: Al-Qur’an menjelaskan hari kiamat.
Perhatikan dalam Al-Qur’an kalau dibaca mengenai ayat-ayat yang menjelaskan hari kimat, itu luar biasa dahsyatnya. Salah satunya di surat Al-Qor’ah yaitu suatu yang menggetarkan.
Kemudian diterangkan mengenai kaum Aad dan Iraam.
Didalam Al-Qur’an dikisahkan mengenai kebinasaan umat-umat, agar kita bisa mengambil pelajaran jangan sampai mengikuti jejak mereka.
Bait Syair 116:

Mukjizat Kesepuluh: Mudahnya memahami hukum-hukum dalam Al-Qur’an.
Perhatikan didalam Al-Qur’an, penjelasan hukum-hukum syariat, Apakah kamu melihat ada sesuatu yang berat? yang tidak bisa diselesaikan?. Penjelasan hukum-hukum syarait dalam Al-Qur’an sangat mendalam, tepat dan tegas.
Bait Syair 117:

Mukjizat Kesebelas: Al-Qur’an mencakup seluruh pintu kebaikan dan hidayah serta peringatan terhadap pintu-pintu kebinasaan.
Semua pintu kebaikan dan kebinasaan ada dalam Al-Qur’an. Apakah ada pintu-pintu kebaikan dan kebinasaan lain, dimana Al-Qur’an tidak memberikan petunjuk kepada manusia?. Tentu saja jawabannya tidak ada. Karena semua telah dicantumkan dalam Al-Qur’an.
Sebagaimana dalam Al-Qur’an:
Maksudnya dua jalan telah ditunjukan: jalan kebaikan dan jalan kesesatan. Dimana jalan kebaikan supaya diikuti dan jalan kesesatan supaya dihindari.
Syair 118:

Mukjizat Ketigabelas: Syair penduduk bumi tidak akan menandingi Al-Qur’an.
Apakah ada yang menyaingi Al-Qur’an dari syair-syair seluruh penduduk bumi?.
Tiga pembahasan lain, terkait dengan mukjizat Al-Qur’an:
Bait Syair 119:

Mukjizat Keempat belas: Keajaiban Al-Qur’an dan kecondongan hati kepadanya.
Dalam syair 119, berita-berita Al-Qur’an itu nasihat yang benar. Banyak kisah-kisah yang berulang. Seperti kisah nabi Musa ada di beberapa tempat dalam Al-Qur’an, namun selalu ada nasihat-nasihat yang berbeda pada tempat yang lainnya.
Perumpamaan yang dibuah, hendaklah menjadi ibrah (pelajaran, renungan yang sangat mendalam).
Semuanya adalah keajabain, betapa jauhnya orang yang tuli. Keajaiban-keajiaban dalam Al-Qur’an itu adalah untuk siapa yang beriman, yang dipasang telinganya, hati hidup, tidak lalai dan ingin mempelajari. Sehingga apabila dibacakan Al-Qur’an dan Al-Qur’an belum besar di hatinya atau belum paham maknanya, maka harus adakan perbaikan pada dirinya, ilmu yang kurang. Karena harusnya dia memahami maknanya, takjub dengan Al-Qur’an, condong hatinya kepada Al-Qur’an, maka ini menunjukan kebaikan yang telah dibukakan untuknya.
Bait Syair 120:

Semua Al-Qur’an adalah keajaiban. Sebagaimana Jin yang mendengarkan Al-Qur’an berkata:

Jin setelah mendengar Al-Qur’an, mereka segera memberi peringatakan kepada kaumnya. Maknanya ketika Jin mendengar Al-Qur’an, mereka langsung beriman. Kemudian kembali menjadi peringatan pada kaumnya, sebagaimana diterangkan dalam surah Al-Ahqaf 29-31
Bait Syair 121:

Allahu Akbar (ketakjuban dan bangga), betapa besarnya Allah, bagaimana Al-Qur’an telah melingkup berbagai ibrah, penjelasan, mukjizat, dan hikmah-hikmah.
Bait Syair 122:

Allahu Akbar, bagaimana bahasa Al-Qur’an ini membuat orang Arab dan orang Ajam tidak mampu mendatangkan yang semisal dengannya.
Mengenai tantangan kepada orang Arab, orang Ajam dan seluruh manusia, terdapat banyak didalam Al-Qur’an, dengan tantangan untuk mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur’an.
Wallahu Ta’alla ‘Alam








