11. Berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah, serta tinggalkan pendapat orang belakangan

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab Intisari Wasiat Untuk Penuntut Ilmu

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Intisari Wasiat Untuk Penuntut Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Ini adalah intisari wasiat penuntut ilmu. Merupakan etika yang dipegang oleh penuntut ilmu. Wasiat untuk penuntut ilmu sangat luas. Tapi disini adalah intisari pokok bagi penuntut ilmu. Terkadang satu wasiat dari orang tua atau guru dalam menuntut ilmu, mencukupi kehidupannya dalam menuntut ilmu.

Syair 76: Tinggalkan pendapat orang belakangan yang mengaku berilmu … Berpeganglah selalu dengan para salaf.
Bait Syair 77: Ilmu itu tiada lain hanyalah Kitabullah atau As-Sunnah … Dengan cahaya petunjuknya setiap yang masih samar menjadi jelas.

Bait Syair 78: Tidaklah ada ilmu selain wahyu yang terang … dan apa-apa yang diambil darinya, ingatlah, sungguh beruntung bagi yang memanfaatkan waktunya.

Ada 3 Pembahasan

Pembahasan Pertama: Meninggalkan pengikutan kepada orang-orang belakangan.

Ini wasiat dalam belajar agar jangan terikat dengan orang-orang belakangan, harus nya terikat dengan salaf terdahulu. Hal ini dikarenakan ilmu itu datang dari Nabi dan para sahabatnya. Semakin dekat masa dengan nabi dan sahabat, maka semakin selamat ilmu nya. Sampai hari ini ilmu terwarisi, ketika kita belajar kepada para ulama di masa ini, bukan karena ilmu itu datang dari pribadi mereka, tapi mereka mewarisi ilmunya. Adapun dari orang belakangan yang kaidahnya berasal dari dia, maka harus ditinggalkan. Sehingga yang harus dipelajari adalah buku-buku terdahulu.

Pembahasan Kedua: Berpegang dengan perkara awal umat ini.

Hendaknya berpegang dengan perkara yang paling mendalam dan paling terdahulu. Ini adalah wasiat Nabi, diriwayatkan oleh Imam At-Tohawi dalam At-Tabroni dan selainnya:

Sungguh akan terjadi fitnah-fitnah, maka para sahabat bertanya bagaimana kami harus berbuat wahai Rasulullah?. Nabi berkata “Kalian kembali pada perkara kalian yang pertama”.

Dalam hadist lain mengenai fitnah, agar berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah Al-Khulafa Ar-Rasyidin.

Apabila ada yang keluar dari kaidah ini, maka akan menempuh jalan-jalan kesesatan yang banyak sekali.

Pembahasan Ketiga: Berpegang dengan Al-Qur’an, As-Sunnah dan Atsar.

Ilmu itu hanya kitab Allah dan Atsar (maksudnya hadist dan ucapan sahabat) dan apa yang bercabang dari nya. Apabila berpegang dengan kitab Allah dan atsar, maka setiap yang tidak jelas akan menjadi terang.

Wallahu Ta’alla A’lam

Tinggalkan komentar