Kitab Manzhumah Mimiyyah
Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah
Bab Intisari Wasiat Untuk Penuntut Ilmu
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Intisari Wasiat Untuk Penuntut Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Ini adalah intisari wasiat penuntut ilmu. Merupakan etika yang dipegang oleh penuntut ilmu. Wasiat untuk penuntut ilmu sangat luas. Tapi disini adalah intisari pokok bagi penuntut ilmu. Terkadang satu wasiat dari orang tua atau guru dalam menuntut ilmu, mencukupi kehidupannya dalam menuntut ilmu.

Bait Syair 62: Sucikanlah ilmu (dari perkara yang tak layak) dan kenalilah kadar kesuciannya … Baik dalam perkataan dan perbuatan, kemudian lazimiah adab-adabnya.
Ada 3 pembahasan:
Pembahasan Pertama: Sucilkan Ilmu Tersebut
Sucikanlah ilmu tersebut. Firman Allah:

Hai, orang yang berselimut, berdiri kamu. Disuruh berdiri menunjukan keseriusan. Beri peringatan, pada Rabb mu hendaknya engkau membesarkan. Terhadap pakaianmu hendaknya engkau sucikan.
Para ahli tafsir mengartikan pakaian sebagai jiwa (hatimu). bukan pakaian secara nyata. Walaupun ada yang menafsirkan bahwa sucikan pakaianmu dari najis. Karena itu seorang penuntut ilmu harus mensucikan dirinya sebelum belajar. Ilmu perlu tempat (hati) yang bagus untuk menampungnya. Ini adalah bentuk mensucikan dari ilmu. Maka ilmu dipelihara dan dibersihkan dari segala yang tidak layak, tidak pantas dalam ucapan maupun perbuatannya.
P`embahasan Kedua: Kenalah kadar keagungan ilmu
Ini berkaitan dengan keutamaan ilmu yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
Hadist riwayat Imam Ahmad, dari Ubadah bin Somid, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Bukan dari umatku, orang yang tidak mengagungkan orang besarnya, tidak merahmati orang kecilnya. Dan tidak mengenal hak orang yang berilmu ditengah mereka.
Bukan dari umatku (bahasa Nabi). Kita harus mengenal kadar seorang alim. Kita menghormati alim bukan karena dirinya sebagai manusia. Akan tetapi karena ilmu yang dia sandang. Wasiat bagi penuntut ilmu adalah hendaknya dia mengerti dia selalu mengenal kadar kehormatan ilmu dalam ucapan dan perbuatan. Maknanya jangan sampai menyalahgunakan ilmu sehingga membuat orang lain berburruk sangka kepada ilmu.
Pembahasan Ketiga: Komitment berpegang pada adab-adab ilmu
Menjaga adab dan akhlak dalam menuntut ilmu. Sebagian ulama belajar adab lebih banyak dari belajar ilmu. Sebagian as-salaf mengatakan beliau belajar adab 30 tahun dan belajar ilmu 20 tahun. Disebutkan dimajelis para ulama, orang yang hadir ada dua jenis: ada yang wajahnya menghadap kedepan saja, belum menulis dikarenakan mereka hanya belajar adab saja dari gurunya. Yang lainnya sudah menulis, mencatat hadist-hadist yang disampaikan guru.
