25. Orang berilmu lebih utama dari yang beribadah

Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Bait Syair 52: Kelebihan para ahli ilmu atas para ahli ibadah … Adalah seperti kelebihan bulan purnama atas planet (bintang), maka manfaatkan hidupmu.
Bait Syair 53: Seorang Alim yang bertakwa lebih berat bagi setan … Daripada seribu ahli ibadah semuanya.

Perumpamaan para ahlil ilmu dibandingkan ahli ibadah, bagaikan bulan purnama dibandingkan dengan bintang yang bersinar. Maka ambilah keburuntungan ini.

Pembahasan Pertama: Keutamaan orang yang berilmu diatas ahli ibadah

Dari Abu Darda radhiallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Sesunguhnya keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah, seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang

Satu faidah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab, perbedaan antara bintang yang berjalan (nujum) dan bintang tetap (kawaqib).

Bintang terang tapi hanya ditempatnya saja, tidak menjadi petunjuk bagi manusia (kawaqib). Akan tetapi rembulan menjadi cahaya yang sangat terang. Ketika purnama, walaupun bintang kelihatan cahanyanya, bulan purnama menutupi semua bintang-bintang itu.

Keberadaan para ahlul ilmi, adalah nikmat bagi manusia. Apabila alim meninggal, maka seakan-akan dunia menjadi gelap.

Bintang bercahaya untuk dirinya saja. Sebagaimana ahli ibadah, bermanfaat untuk dirinya saja.

Akan tetapi Alim punya ilmu bermanfaat bagi orang lain. Kadang satu ilmu bisa menyelamatkan banyak manusia. Seperti dikejadian kisah AL-Hasan bin Ali Bin Abi Thalib bersama Muawiyah. DImana terjadi fitnah ditengah kaum muslim, Al-HAsan sebagai pewaris Ali dan Muawiyah memimpin sebagai gubernur di Syam. Maka ada perselisihan diantara dua kubu besar. Hampir terjadi peperangan. Maka datang ABu Bakrah radhiallahu anhu kepada AL-Hasan dan berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah bersabda sebuah hadist tentang kamu, ketika kamu masih kecil diatas pangkuan nabi shalallahu alaihi wasallam.

Sesungguhnya anaku ini (yaitu cucu Beliau) adalah seorang sayyid (pemimpin). Dia akan mendamaikan dua kelompok besar dari kaum mukminin (yang bertikai).

Maka mendengar hadist ini Al-Hasan faham maksudnya. Beliaupun mengalah dan menyerahkan seluruh kekuasaan kepada Muawiyyah. Yang selanjunya Muawiyyah menjadi khalifah. Masa ini dikenal sebagai masa persatuan sapai lebih 30 tahun Muawiyyah memimpim tidak ada perselisihan.

Ini adalah pengaruh satu hadist yang dihafal oleh Abu Bakrah yang menghidupkan dan menerangi banyak orang yang menjadi sebab terhindarnya pertumpahan darah. Dikarenakan sebuah hadist.

Oleh karena itu ilmu sangat besar manfaatnya, mungkin hari ini atau mungkin lain waktu.

Firman Allah:

Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Isrā`īl, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya1. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu2 sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. (QS. Al-Maidah: 32)

Siapa yang menghidupkan satu jiwa, seakan-akan menghidupkan seluruh manusia. Ilmu dapat menghidupkan jiwa manusia. Sehingga banyak pahala yang didapatkan oleh orang yang mempelajari ilmu.

Pembahasan kedua: Seorang alim lebih berat dari syaiton dari pada seribu ahli ibadah

Dari hadist riwayat At-Tirmizi, dari Ibnu Abbas:

Seorang ahli fiqih (paham ilmu agama) lebih berat (digoda) bagi setan daripada seribu ahli ibadah.

Ibnu Qoyim menyebutkan ada kelemahan hadist ini tapi maknanya benar. Kalo syaiton ingin menghidupkan bid’ah dan ingin mematikan sunnah, maka ada orang yang berilmu yang menghalanginya. Tapi syaithon bisa mempengaruhi ahli ibadah untuk berbuat bid’ah, karena tidak paham akan ilmu. Sibuk dengan ibadah tidak tahu mana yang lebih utama.

Syaiton lebih benci pada orang yang berilmu. Suatu hari Ibnu Abbas berkata mungkin diatas bumi ini tidak ada orang yang lebih disukai syaithon supaya meninggal melebihi saya. DIkarenakan apabila datang kepada saya bid’ah dari arah timur dan barat, maka akan saya patahkan dengan sunnah.

Sesungguhnya syaithon itu sudah berputus asa di tanah arab

Syaithon masuk kepada penuntut ilmu melalui beberapa pintu:

  1. Keliru dalam belajar
  2. Dibisikan kehendak dunia

Syaikhul Islam berkata bahwa manusia terbagi empat:

  1. Ada yang tidak menghendaki ketinggian dan kerusakan. Ini yang paling tinggi derajatnya
  2. Ada yang menghendaki ketinggian (pemimpin). Ini banyak menimpa orang yang belajar ilmu
  3. Tidak menghendaki ketinggian tapi kerusakan seprti para perampok
  4. Berbuat kerusakan dan ambisi untuk ketinggian (menjadi pemimpin)

Wallahu A’lam

Tinggalkan komentar