22. Mulianya penuntut ilmu dikarenakan hatinya berisi ilmu

Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Bait Syair 47. Cukuplah para ahli ilmu itu mulia karena mereka menjadi bejana bagi wahyu (ilmu) … Dan sebagian ayat dari wahyu itu melekat dalam dada-dada mereka.

Keutamaan dari orang-orang yang mempeleajari ilmu, yaitu hati dari penuntut ilmu adalah wadah-wadah yang menyimpan wahyu.

Ali bin Abi thalib berkata “Hati-hati itu adalah bejana-bejana”

Hati sebagai bejana digambarkan dari beberapa tempat: Al-Qur’an dan Hadist.

Ayat-ayat berada didada orang yang berilmu, Allah berfirman:

Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan (Ar=Ra’ad: 17)

Ada dua perumpamaan tentang ilmu:

  1. Seperti Air yang diturnkan dari langit, yang memberi manfaat bagi kehidupan. Hati itu seperti lembah-lembah yang menampung air, ada yang besar bisa menampung banyak air, dan ada yang kecil hanya menampung sedikit air. Maka air mengalir sesuai dengan kadarnya, ada yang banyak ada yang sedikit tergantung lemahnya (hati). Maka arus dari air itu membawa buih yang mengambang. Apabila keindahan ilmu sudah menyentuh hati, maka ilmu akan mengeluarkan subhat-subhat hal-hal yang bathil dari hatinya. Seperti air mengalir kelembah, apabila ada kotoran jadi buih mengambang dan hilang.
  2. Seperti logam (emas, perak) yang dibakar dalam bara api, pasti ada kotoran-kotoran (karat) yang keluar. Yang tesisa adalah logam yang murni.

Ini perumpamaan bagaimana ilmu dengan air, juga diberi perumpamaan dengan api. Air sifatnya menyejukan, memberi manfaat. Perumpamaan dengan api, menunjukan terangnya (bersinar) ilmu itu. Bagaimana ilmu itu membakar dari kebathilan dan subhat-subhat dalam hati. Ini untuk membedakan mana yang hak dan mana yang bathil.

Hadist riwayat Bukhari-Muslim dari Abu Musa Al-Ashari radhiallahu anhu, Rasulullah shallallhu alaihi wasallam bersabda:

Hujan turun kebumi, yang menampungnya adalah tanah. Ada tanah yang baik bisa menyerap air. Maka tanah ini menumbuhkan rerumputan dan tanaman yang banyak. Ada tanah yang keras diamana air tidak masuk kedalam, tapi menahan air itu. Sehinga air itu bisa memberi manfaat untuk manusia (minum).

Tanah jenis ketiga yaitu tidak menampung dan tidak pula menahannya. Maka hanya mengalir saja melewatinya. Ini adalah perumpamaan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat bagunta ajaran yang Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya.

Ilmu seperti hujan yang turun, kondisi tanah yang menerimanya seperti hati, Ibnu Qoyim berkata:

  1. Hati ada bisa yang menyerap. Ibnu Qoyim berkata ini adalah orang yang menghafal dan memahami. Ini yang paling utama. Para ahli fiqih, orang yang memiliki riwayat dan pemahamannya.
  2. Hati ada yang bisa menahan saja. Ibnu Qoyim ini adalah orang yang menghafal saja tapi tidak diberi reziki untuk memahami.
  3. Hati ada yang tidak bisa menyerap dan tidak bisa menahan. Ibnu Qoyim berkata ini tidak ada bagiannya sama sekali: tidak ada hafalan dan tidak memahaminya sama sekali.

Wallahu A’lam

Tinggalkan komentar