13. Kekuatan ilmu lebih kuat dari pada kekuatan fisik.

Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai keutamaan ilmu, melalui bait syair 30, 31, dan 32, yaitu pentingnya kekuatan ilmu dan kekuatan fisik.

Bait Syair 30: Wa kulamaa dzukirsulthonu fii huzajin, fal ‘ilmu laa sulthotun aidii limuhtakimi

Wa kulamaa dzukirsulthonu, dan setiap kali kata sulthon (kekuasaan) disebut, fii huzajin, didalam hujah-hujah, fal ‘ilmu laa sulthotun aidii limuhtakimi, maka yang dimaksud dalam kata sulthon itu adalah ilmu bagi orang yang berhukum.

Bait Syair 31: Fasulthotul yabdi biabdaani qoo shirotun, takuunu bil’adli wabidhulmi wal ‘asyami

Fasulthotul yabdi biabdaani qoo shirotun, karena kekuasaan (sulthon) tangan itu, terbatas menguasai badan saja. takuunu bil’adli wabidhulmi wal ghasyami, selain dari itu terkadang keadilan, terkadang dengan ke dholiman dan kecurangan.

Bait Syair 32: Wasulthotun ‘ilmi taqodul quluubulaha, Ilal hudaa wa ila mardhooti robihimi.

Wasulthotun ‘ilmi taqodul quluubulaha, adapun kekuasaan ilmu, hati-hati tunduk kepadanya. Ilal hudaa wa ila mardhooti robihimi, membawanya kepada petunjuk dan kepada keridhoan Rabb mereka.

Bait Syair 33: Wayadhabud diinu waddunya idja djahabal, ‘ilmu ladji fiihi manjaatun limu’tashimi.

Wayadhabud diinu waddunya idja djahabal, dan akan hilang agam dan dunia apabil, ‘ilmu ladji fiihi manjaatun limu’tashimi. ilmu yang didalamnya ada keselematan bagi orang yang berpegang telah pergi.

Pembahasan 1: Penyebutan sulthon dalam Al-Qur’an mengacu kepada ilmu

Ini jadikan kaidah dikalangan as-salaf. Ibu Qoyim menyebutkan dari Ibnu Abasa bahwa setiap sulthan dalam alquran maka dia adalah hujah, yang bermakna ilmu. Kecuali dalam surat Al-Haqqah, “halaka ‘ani sulthaniyah” ada yang menafsirkan sebagai hujah, tapi ada pula yang menafsirkan sebagai “telah pergi harta ku dan kekuasaanku”.

Pembahasan 2: Perbedaan antara kekuasan dengan ilmu dan kekuasaan dengan tangan.

Dua-duanya penting dalam kekuasaan. Dikarenakan ada yang telah berikan hujah dengan Al-Qur’an dan hadist tapi tidak mau tunduk. Hal ini diperlukan kekuasaan tangan (pemerintah) untuk menundukannya.

Fungsi dari pemerintah: memutuskan perselisihan, merubah kemungkaran, menjaga kebersamaan dan melindungi dari hal yang membahayakan.

Akan tetapi ada hal yang tidak akan berubah kecuali dengan kekuatan ilmu. Kisah kaum khawarij ditaklukan oleh Ibnu Abbas dengan Ilmu. Dimana sebelumnya telah diperangi (dengan tangan) oleh pemerintah (Ali bin Abi Thalib dan para sahabat), akan tetapi mereka tidak mematuhinya. Ketika Ibnu Abas (sendirian) mendakwahi mereka dengan membacakan beberapa ayat dan 1 hadist, maka rujuk (bertobat) 2.000 orang kaum khawarij. Dalam hal ini kekuatan ilmu lebih besar dari pada kekuatan tangan.

Mengunakan kekuasaan tangan, bisa dengan kebaikan dan kedholiman. Akan tetapi dengan kekuasan ilmu langsung mengingat hati tunduk pada syariat Allah. Ada beberapa hal yang tidak bisa dirubah dengan kekuatan tangan pemerintah, tetapi bisa dirubah dengan lisan para ulama.

Hal ini juga bisa diterapkan dalam mendidik anak. Bahwa tidak semua anak tunduk dengan diberikan hukuman atau diberikan hadiah. Tetapi yang paling bagus anak-anak ditundukan dengan ilmu. Diberikan hal-hal yang baik sehingga mengikat hati anak. Ini menjadikan kita tidak perlu selalu mengawasi anak.

Kekuatan ilmu bisa dimiliki siapa saja, sepanjang dipelajari ilmu itu. Akan tetapi kekuatan tangan, hanya dimiliki oleh para raja dan orang kaya. Dan terkadang kekuatan ilmu lebih kuat.

Pembahasan 3: Hilangnya ilmu, maka hilangnya agama dan dunia.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu anhuma, dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Rasullullah shallallahi ‘alaihi wasallam bersabda:

Apabila ilmu telah pergi maka tanda hilangnya agama dan dunia. Ini juga merupakan tanda hari kiamat. Sebagaimana dalam hadist dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Rasullullah shallallahi ‘alaihi wasallam bersabda:

Kemudian dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, Rasullullah shallallahi ‘alaihi wasallam bersabda:

Hadist tentang pentingnya ilmu agama dan menyebarkannya. Karena ini adalah tanda kebaikan dari sebuah negeri. Sehingga apabila kita mencintai diri kita, keluarga, masyarakat dan negeri, hendaknya belajar ilmu agama dengan baik. Mengangkat kejahilan dari dirinya, diajarkan keluarganya, masyarakat. Apabila tidak bisa mengajar, maka ajak lah yang lain supaya belajar.

Ini adalah kaidah bagi yang belajar sunnah. Dimana ditengah kondisi fitnah, banyak keributan, krisis, banyak musbiah, keributan. Maka obatnya adalah belajar ilmu, lebih giat lagi dan mengjarkannya.

Wallahu A’lam

Tinggalkan komentar