Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses pada link berikut: Bagian 3.
Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai keutamaan ilmu, melalui bait syair ke-7 sampai dengan bait syair ke-60 dari Kitab Manzhumah Mimiyah.

Bait Syair 19
Al-Imu nuuru mubin, Ilmu adalah cahaya yang sangat terang. Yastadhiu bihi, yang dijadiksan sebagai lentera. Ahlu sa’adah, oleh orang yang beruntung. Wajuhalu fii dholami, sedangkan orang-orang yang jahil berada didalam kegelapan.
Pembahasan Syair 19: Perbedaan antara cahaya ilmu dan kegelapan kebodohan.
Perbedaan antara cahaya ilmu dan kegelapan kebodohan sangat mencolok sekali. Allah berfirman dalam surat Al-An’am ayat 122:

Apakah orang yang tadinya mayat, lalu dihidupkan, kami jadikan untuknya cahaya. Dia berjalan dengan cahaya itu ditengah manusia. Apakah sama orang yang seperti ini, dengan orang yang dalam kegelapan dan tidak mau keluar darinya?
Manusia terbagi dua golonga. Pertama: manusia tadinya mayat lalu dihidupkan dan mendapat cahaya. Yang kedua: mayat lalu dihidupkan tapi tidak mendapat cahaya. sehingga seolah-olah seperti bangkai. Mereka beraktivitas tapi hakikatnya tidak hidup. Dikarenakan tidak ada petunjuk yang masuk pada dirinya. Dibacakan Al-Quran tidak ada pengaruhnya, ditegur dengan hadist tidak bermanfaat.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 257: Allah adalah wali orang-orang yang beriman, mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju kepada cahaya.

Allah menyebut orang beriman sebagai cahaya dibeberapa tempat dalam Al-Qur’an, diantaranya dalam Surat An-Nisa ayat 174


Bait Syair 17: Al-Ilmu ghoyatul quswa warubatuhul ulya fas’au ilaihi ya ulil himami
Al-Ilmu, ilmu itu. Ghoyatul quswa, tujuannya yang terpuncak. Warubatuhul ulya, dan kedudukannya yang tertinggi, Fas’au ilaihi, karena itu bersegeralah engkau kepadanya. Ya ulil himami, wahai orang-orang yang memiliki semangat.
Semua yang sudah mengenal ilmu, akan menjadikannya tujuan yang paling tinggi. Maka bersegeralah engkau mempelajarinya. Orang yang memiliki semangat dalam berlajar akan bersegera menuntut ilmu, tidak bermalas-malasan. Selagi ada kesempatan dalam menuntut ilmu, jangan ditinggalkan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu akan ringan, karena jiwa nya sudah terbentuk untuk cinta kepada ilmu.
Abu Toyib Al-Mutalabi berkata: “Apabila jiwa-jiwa itu adalah jiwa yang besar, maka jasat itu akan letih untuk melayani jiwa dalam memenuhi keperluannya”.
Wallahu A’lam
