9. Ilmu adalah cahaya, sedangkan kebodohan adalah kegelapan

Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses pada link berikut: Bagian 3.

Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai keutamaan ilmu, melalui bait syair ke-7 sampai dengan bait syair ke-60 dari Kitab Manzhumah Mimiyah.

Bait Syair 19

Al-Imu nuuru mubin, Ilmu adalah cahaya yang sangat terang. Yastadhiu bihi, yang dijadiksan sebagai lentera. Ahlu sa’adah, oleh orang yang beruntung. Wajuhalu fii dholami, sedangkan orang-orang yang jahil berada didalam kegelapan.

Pembahasan Syair 19: Perbedaan antara cahaya ilmu dan kegelapan kebodohan.

Perbedaan antara cahaya ilmu dan kegelapan kebodohan sangat mencolok sekali. Allah berfirman dalam surat Al-An’am ayat 122:

Dan apakah orang yang sudah matikemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (Al-An’am:122)

Apakah orang yang tadinya mayat, lalu dihidupkan, kami jadikan untuknya cahaya. Dia berjalan dengan cahaya itu ditengah manusia. Apakah sama orang yang seperti ini, dengan orang yang dalam kegelapan dan tidak mau keluar darinya?

Manusia terbagi dua golonga. Pertama: manusia tadinya mayat lalu dihidupkan dan mendapat cahaya. Yang kedua: mayat lalu dihidupkan tapi tidak mendapat cahaya. sehingga seolah-olah seperti bangkai. Mereka beraktivitas tapi hakikatnya tidak hidup. Dikarenakan tidak ada petunjuk yang masuk pada dirinya. Dibacakan Al-Quran tidak ada pengaruhnya, ditegur dengan hadist tidak bermanfaat.

Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 257: Allah adalah wali orang-orang yang beriman, mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju kepada cahaya.

Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah:257)

Allah menyebut orang beriman sebagai cahaya dibeberapa tempat dalam Al-Qur’an, diantaranya dalam Surat An-Nisa ayat 174

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhan-mu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur`ān). (An-Nisa:174)

Bait Syair 17: Al-Ilmu ghoyatul quswa warubatuhul ulya fas’au ilaihi ya ulil himami

Al-Ilmu, ilmu itu. Ghoyatul quswa, tujuannya yang terpuncak. Warubatuhul ulya, dan kedudukannya yang tertinggi, Fas’au ilaihi, karena itu bersegeralah engkau kepadanya. Ya ulil himami, wahai orang-orang yang memiliki semangat.

Semua yang sudah mengenal ilmu, akan menjadikannya tujuan yang paling tinggi. Maka bersegeralah engkau mempelajarinya. Orang yang memiliki semangat dalam berlajar akan bersegera menuntut ilmu, tidak bermalas-malasan. Selagi ada kesempatan dalam menuntut ilmu, jangan ditinggalkan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu akan ringan, karena jiwa nya sudah terbentuk untuk cinta kepada ilmu.

Abu Toyib Al-Mutalabi berkata: “Apabila jiwa-jiwa itu adalah jiwa yang besar, maka jasat itu akan letih untuk melayani jiwa dalam memenuhi keperluannya”.

Wallahu A’lam

Tinggalkan komentar