Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses pada link berikut: Bagian 3.
Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai keutamaan ilmu, melalui bait syair ke-7 sampai dengan bait syair ke-60 dari Kitab Manzhumah Mimiyah.

Bait Syair 20
Al Ilmu A’la hayatin: ilmu adalah kehidupan yang paling tinggi. Lil’ibadi, untuk segenap hamba. Kama, sebagaimana. Ahlul jahalah amwatul bijahilimi, orang-orang yang jahil, mereka itu sebenarnya mati dengan kejahilan mereka.
Pembahasan Syair 20 : Kehidupan dengan ilmu dan kematian dengan kejahilan
Allah berfirman dalam Asy-Syura ayat 52:

Agama disebut sebagai ruh kehidupan. Ini menunjukan ilmu adalah kehidupan.
Allah berfirman dalam Al-Anfal ayat 24:

Ada orang yang didunia hidup setelah dikuburpun masih hidup. Itu adalah orang-orang yang berilmu. Sebaliknya ada orang-orang yang sebelum dikuburpun, dia sebenarnya sudah mati. Ini adalah orang-orang yang jahil.

Bait Syair 21
La sam’a, orang yang jahil itu tidak mendengar. La aqla, tidak pula berakal. Ba Laa yobshiruna, bahkan mereka sama sekali tidak melihat. Wa fi sa’iri mu’tarifun kulun bidambihimi, dan dineraka jahanam (As-Sa’ir), maka semuanya mengaku terhadap dosa-dosa mereka.
Firman Allah dalam surat Al-Mulk ayat 10, mengenai penyesalan penduduk neraka. Penyesalaan ini dimulai ketika keluar ruh keluar dari jasadnya, sakaratul maut, kemudian penyesalannya terus bertambah sampai mereka masuk neraka.
Pembahasan Syair 21 : Orang yang Jahil tidak mendengar, tidak berakal dan tidak melihat.
Orang yang mempunyai tiga sifat ini, tempatnya dineraka karena ditutup untuknya pintu kebaikan.
Bait Syair 22 : Fal jahru ashlu dholalil khalqi qaatibatan, washlu syiqwatihim
Fal jahru, kejahilan itu adalah. Dholalil khalqi qaatibatan, sumber kesesatan seluruh makhluk. Washlu syiqwatihim, sebagaimana sumber kesengsaraan dan kedholiman mereka semuanya.
Bait Syair 23: Wal ilmu ashlu hudahum, ma’ sa’a datihim, fala yadhilu wala yashqo dzaul hikami
Ilmu itu adalah sumber petunjuk/hidayah mereka disertai dengan kebahagiaan mereka. Maka tidak akan tersesat dan sengsara orang-orang yang memiliki ilmu.
Pembahasan Syair 22 dan 23: Kaidah dasar: sumber kesesatan, kesengsaraan dan kedholiman itu dari kejahilan. sedangkan sumber petunjuk dan kebahagian adalah dari ilmu.
Firman Allah surat Thaha ayat 2: Tidak kami turunkan Al-Qur’an untuk membuat kamu sengsara. Al-Quran itu ilmu sehingga tidak mungkin ada kesengsaraan. Pasti membawa kebahagiaan.
Firman Allah surat Thaha ayat 123: Siapa yang akan mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dijamin siapa yang berpegang dengan ilmu, akan sumber petnujuknya. Sehingga selalu diatas petunjuk. Ini adalah sumber kebahagiannya dan tidak akan sengsara selama-lamanya. Sebaliknya kejahilan membawa pada kesesatan.

Bait Syair 24:
Wal khaufu bil jahli, rasa takut muncul karena kejahilan. Wal husnu thowilu bihi, demikian pula kesedihan yang panjang karena kejahilan, Wa’an ulil ‘ilmi manafiyyan, Adapun terhadap orang-orang yang memiliki ilmu, kejahilan dan kesedihan ditiadakan bagi mereka. Fa’ tasimi, maka berpegang teguhlah dengan ilmu.
Nasihat penulis supaya berpegang teguh dengan ilmu. Kesedihan dan kekhawatiran dikarenakan kejahilan. Adapun apabila punya ilmu tidak ada kekhawatiran. Sebagaimana Allah berfirman:

Tidak ada orang yang lebih baik hidupnya dari orang yang mempelajari ilmu. Seorang penuntut ilmu tidak ada yang dikhawatirkan. Tidak khawatir kefakiran karena Ilmu lebih berharga dari dunia dan isinya. Ilmu lebih berharga dari kekuasaan dan jabatan.
Apabila pengangungan sudah benar, maka dalam ilmu tersebut ada kemulian bagi para penuntutnya. Keliru penuntut ilmu, apa ila sudah diberikan ilmu tapi masih melihat ada yang lebih berharga dari ilmu. Harus diperbaiki belajarnya dan penganggungan terhadap ilmu.
Penuntut ilmu apabila dibacakan ayat dan hadist, jiwanya akan tenang dan gembira. Ada yang gundah gulana, begitu masuk majelis ilmu, maka hilang gundah gulananya.
Sahal ibnu Abdillah Tasturi rahimahullah berkata “siapa yang ingin melihat kemajelisnya para nabi, maka hadirlah ke majelis para ulama”. Dikarenakan Rasullallah shallallahu alaihi wasalam bersabda:

Wallahu A’lam





