Tafsir Al-Qur’an, oleh: Syaikh Abudurrahman bin Nashir as-Sa’di
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 101 dan 102, Allah subhanahu wata’ala mengabarkan apabila kita meninggalkan sesuatu yang bermanfaat, Allah akan menguji kita dengan sesuatu yang menimbulkan kemadharatan. Contohnya: apabila kita meninggalkan kebenaran maka ujiannya adalah sesuatu yang menimbulkan kebathilan.
Begitulah kaum Yahudi, ketika kepada mereka diturunkan kitab (Taurat), mereka benci kepadanya. Sehingga mereka diuji dengan mengikuti apa yang dibaca oleh setan yang mengeluarkan sihir pada manusia.
Al-Baqarah Ayat 101: Kaum Yahudi benci kepada kitab mereka
Maksudnya, ketika Rasul yang mulia ini, Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, telah datang kepada mereka membawa kita yang agung dengan kebenaran yang sesuai dengan apa yang ada pada mereka, sedang mereka mengaku bahwa mereka berpegang teguh kepada kitab mereka tersebut, lalu ketika mereka mengingkari Rasul tersebut dan apa yang beliau bawa, maka “orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah” yang diturunkan kepada mereka, maksudnya mereka melemparnya karena benci terhadapnya, “ke belakang (pungung)nya”. Ini adalah sikap parah dalam pengingkaran, seolah-olah mereka, dengan tindakan itu, adalah orang-orang yang tidak tahu, padahal merekan mengetahui kebenarannya dan hakikat kitab yang dibawanya. Maka jelaslah dengan hal ini bahwa kelompok ini berasal dari ahli kitab yang mana kitab tersebut tidak akan tetap berada ditangan mereka selama mereka tidak beriman kepada Rasul tersebut, maka kekufuran mereka kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah sebuah pengingkaran terhadap kitab mereka sendiri, tanpa mereka sadari.
Ketika hukum takdir dan hikmah Tuhan bahwa barangsiapa yang meninggalkan suatu hal yang bermanfaat baginya dan sangat mungkin dia mengambil manfaat darinya, namun tidak dia manfaatkan, niscaya dia akan dijuji dengan disibukkan oleh suatu hal yang justru memudaratkannya, maka barangsiapa yang meninggalkan penyembahan kepada Dzat yang Maha Pengasih, niscaya dia diuji dengan menyembah berhala, dan barangsiapa yang meninggalkan cinta kepada Allah, taku dan berharap kepadaNya, niscyaa akan diuji dengan cinta kepada selain Allah, takut dan mengharapkannya, barangsiapa yang tidak mengeluarkan hartanya dalam ketaatan kepada Allah, niscaya dia akan mengeluarkannya dalam ketaatan kepada setan, barangsiapa yang meninggalkan kepasrahan hanya kepada Rabbnya, niscaya ia akan diuji dengan kepasrahan pada hamba-hambaNya, dan barangsiapa yang meninggalkan kebenaran, niscaya dia akan diuji dengan kebatilan.
Al-Baqarah Ayat 102: Kaum Yahudi diuji dengan mengikuti apa yang di baca setan (sihir).
Seperti itu juga, orang-orang Yahudi ketika mereka melemparkan Kitabullah, mereka akhirnya mengikuti apa yang dibaca oleh setan dan diciptakan sebuah sihir pada masa kerejaan Sulaiman, dimana setan-setan mengeluarkan sihir kepada manusia hingga mereka menyangka bahwasannya Sulaiman memakai sihir dan menggunakannya untuk mendapatkan kerajaan yang besar. Mereka adalah pendusta dalam hal itu karena Sulaiman tidak memakainnya, karena Allah telah menyucikannya dalam FirmanNya “Padahal Sulaiman tidaklah kafir”, yakni mempelajari sihir karena dia tidak mempelajarinya, “akan tetapi setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir)” dalam hal itu, “mereka mengerjakan sihir kepada manusia” karena usaha penyesatan mereka dan semangat mereka untuk menggoda anak Adam, kaum Yahudi juga mengikuti sihir yang diturunkan oleh dua malaikat yang berada di Babil, negeri Irak di mana sihir diturunkan kepada mereka sebagai ujian dan cobaan dari Allah untuk hamba-hambaNya, lalu mereka berdua mengajarkan sihir kepada orang-orang, “sedang keduanya tidak mengajarkan kepada siapa pun hinga” mereka bedua menasihatinya, dan “berkata ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu, sebab itu janganlah kamu kafir’.” Maksudnya, janganlah kamu mempelajari sihir, karena sihir itu adalah kekufuran, mereka berdua melarangnya mempelajari sihir seraya mengabarkan tentang tingkatannya. Pengajaran setan akan sihir dalam bentuk pengaburan dan penyesatan lalu menisbatkan dan melariskannya kepada seorang yang telah disucikan oleh Allah dari sihir, yaitu Nabi Sulaiman alaihi salam.
to be continue…