Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Marhaban bi tholibil Ilmi
Selamat Datang Wahai Penuntut Ilmu
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Pembukaan – Kuliah Mafatihul ‘Ilm, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Kajian ini adalah pembuka kuliah berseri Mafatihul ‘Ilm yaitu membahas kunci-kunci ilmu syar’i.
Mempelajari Ilmu terbagi dua: Ilmu Fard ‘Ain, dan Ilmu Fard Kifayah.
Ilmu Fardu ‘Ain, wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk mempelajarinya. Dengan ilmu ini akan dimudahkan ketika menghadapi kondisi dirinya diberbagai hal yang memang dijalani oleh setiap muslim dan muslimah. Seperti kondisi berikut:
- Ketika sakaratul maut, dimana seseorang berupaya berucap la ilaha ilallah. Bagaimana bisa dia berucap kalimat tersebut tanpa mempelajari makna dari la ilaha illallah.
- Di alam kubur ditanya dengan tiga pertanyaan: siapa Rabmu?, siapa Nabimu?, dan apa agamamu?. Semua orang akan menjawab sesuai dengan apa yang dia pelajari, dia yakini, dan dia amalkan. Ada yang ditanya tapi jawabannya: ha.. ha.. saya tidak tahu, saya hanya mendengar manusia berucap sesuatu, maka saya juga ikut-ikutan mengucapkannya.
- Wajib mengetahui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: siapa beliau, apa kewajiban terhadap Rasulullah.
- Wajib mengenal agamanya, ada kewajiabn sehari-semalam seperti shalat 5 waktu, puasa, zakat, haji.
- Apabila seseorang berbisnis maka wajib untuk mempelajari hukum-hukum seputar Riba.
Hal tersebut diatas akan ditanyakan, kita harus siap dengan jawabannya. Di hari kiamat, Allah bersumpah “Demi Rabmu wahai Muhammad, sungguh kami akan bertanya kepada manusia-manusia itu semuanya. Tentang apa yang mereka kerjakan”.
Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah, sehingga Allah akan mempertanyakan kewajiban ibadahnya. Sebagaimana manusia hidup didunia ini, tidak dibiarkan begitu saja tanpa ada hisab dan perhitungan. Allah berfirman “Apakah kalian menyangka kalian menciptakan kalian sia-sia dan tidak akan kembali pada kami?”
Dalam program Mafatihul ‘Ilm ini akan dikaji buku-buku yang terdapat penjelasan dari kunci-kunci ilmu yang menutupi seluruh kadar kewajiban (Fard ‘Ain) itu. Apabila ini semua telah dipelajari, maka itu tahap awal yang menutupi kewajiban tersebut.
Kurikulum Mafatihul ‘Ilm
Kurikulum kuliah Mafatihul ‘Ilm terdiri dari 26 Kitab yang mencakup: Aqidah dan Manhaj, Tafsir, Ushul Tafsir dan Tajwid, Fiqih, Ushul Fiqih, Qawaid Fiqhiyah, Maqashid Syariah, Hadits, Musthalah Hadits, Adab, dan Akhlak, Bahasa Arab dan Sirah.
Kuliah ini diawali dengan pembahasan wasiat dan adab dalam menuntut ilmu dan keutamaan islam:
02. Kitab Fadhlul Islam – Keutamaan islam
Setelah itu dilanjutkan dengan 10 kitab aqidah yang diberi tema tersendiri yaitu: “Silsilah akidah yang menyelamatkan dari api neraka”. Kurikulum ini sudah dianggap baik oleh Fadhilatus Syaikh Shalih al-Fauzan hafidzahullah. Sebagai berikut:
03. Kitab Al-Qawa’idul Arba’ah – Mengenal Empat Kaidah
07. Kitab Al-Ushulus Sittah – Enam Pokok Agama
08. Kitab Tsalatsatul Ushul – Menjawab Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur
09. Kitab Tauhid – Memunikan Ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
10. Kitab Nawaqidhul Islam – Mengenal Pembatal-Pembatal Keislaman
11. Kitab Kasyfusy Syubhat – Menyingkap Syubhat-Syubhat seputar Tauhid
12. Kitab Al-Aqidah Al-Wasithiyyah
Setelah itu dilanjutkan dengan materi berikut:
13. Manzhumah As-Syair Ilallah Wa Darul Akhirah
14. Ringkasan Fikih Syafi’iy matan Abu Syuja’
15. Ulumul Qur’an – Manzumah-Az-Zamzamy
16. Tafsir Al Mufasol
17. Musthala Hadits
18. Arbain Nawawiyah
19. Ushul Fiqh
Manfaat besar yang ingin dipetik dari kuliah Mafatihul ‘Ilm
1. Mengangkat kewajiban-kewajiban dari menuntut ilmu Fard’ ‘ain
2. Terdapat kaidah-kaidah penting yang merupakan solusi untuk segala masalah yang menimpa umat. Terdapat penyelamat dari pintu-pintu fitnah.
3. Membangun pondasi ilmiah
Ini adalah bentuk dari bagaimana seseorang itu membuat pondasi ilmiah untuk dirinya. Karena siapa yang mengambil ilmu itu dari sumber yang benar, jalan yang telah dijalani oleh para ulama, maka ia akan mapan diatas ilmu, tegar diatas jalan.
Beberapa perkataaan ulama As-Salaf:
- Siapa yang mengambil ilmu dari mata air ilmu, maka dia akan stabil dan lurus, dan siapa yang mengambil dari lautan ilmu, maka dia akan goncang dan tidak tetap. Sebab kalau diliat lautan ilmu itu banyak, ngga bisa dia kumpul semuanya. Maka harus dipilih dari ilmu itu kadar yang paling bagusnya. Ambil initisarinya, ambil dari pokoknya, dasar2nya, kaidah2nya. Pondasi yang membangun dasar ilmiah didalamnya. Apabila mengambil dari segala sudut, ini bukan jalan yang benar. Walaupun ada faedah tapi tidak membentuk sebuah bagunan ilmiah pada dirinya.
- Dari Ibnu Taimiyah rahimahullah: Wajib bersama manusia itu memilliki dasar-dasar yang universal (bisa mencakup seluruh pembahasan), sehingga yang cabang-cabang itu dikembalikan ke dasarnya. Supaya dia berbicara ilmu dan keadilan. Kalau tidak dia akan berada dalam kedustaan dan kejahilan. Maka lahirlah kerusakan yang besar.
- Dari Zarkasih rahmiahullah, mengenai pintu penjelasan ilmu: seorang yang bijaksana apabila ingin belajar, ingin mengajar, maka dia harus mengumpulkan dua bentuk penjelasan: yang bersifat global dan yang bersifat rinci. Yang secara global adalah untuk menyemangati dalam belajar sedangkan rincian yang membuat jiwa itu tenang. Apabila memahami globalnya, maka akan memudahkan dalam mempelajari rincian secara tepat.
- Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu: orang yang mengajari yang Ilmu yang kecil dahulu, sebelum ilmu yang besar.
- Mengambil dari dasar-dasar ilmiah yang mengumpulkan dan menyatukan ilmu inti yang dipelajari inilah makna mengambil dari mata air ketika belajar
- Seorang penyair: “Ilmu itu tidak akan didapatkan seluruhnya oleh satu orang saja, walaupun dia belajar selama 1000 tahun. Ilmu itu lautan yang sangat dalam, karena itu ambilah dari segala sesuatu yang paling indahnya dan baiknya.”
- Termasuk kekeliruan seorang penuntut ilmu yang belum membangun pondasinya secara benar, belum mengambil dari kunci2 ilmu, langsung melompat ingin mengambil hal yang besar.
- Sebagaian As-Salaf: “makanan orang besar itu, racun untuk anak kecil”.
- Ketika belajar harus memiliki kaidah yang menyebabkan dia memiliki pondasi dan dasar.
4. Ketika sudah mengenal usul ilmu kemudian masuk kecabang-cabangnya.
Dalam belajar itu bertingkat-tingkat. Seperti kitabnya Ibnu Qodamah yang menulis 4 kitab. Dimana kitab tersebut ada tingkatannya seolah-olah: untuk tingkat SD, SMP, SMA, dan perkuliahan. Tingkatan kitab beliau adalah sebagai berikut:
- Kitab pertama, berisi kumpulan kesimpulan fiqih dari satu pendapat saja,
- Kitab kedua, berisi kesimpulan dari fiqih, ditambah pendapat kedua
- Kitab ketiga, bersisi seluruh pendapat didalam madzhab Imam Ahmad rahimahullah.
- Kitab keempat: berisi perbandingan madzah Imam Ahmad dengan imam yang lain.
5. Akan mengenal keindahaan islam
Membuat hidupnya tenang. Ketika ada fithah, dia tahu sebab terjadinya apa, kenapa seperti itu, dan dia punya solusi untuk hal tersebut. Ada pijakan ilmu yang dijadikan dasar.
Wallahu A’lam.
