Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Makna La Illaha Illallah – Perbandingan antara Musyrikin masa dahulu dan masa sekarang, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Kitab Makna La Ilaha Illallah, Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimiy Rahimahullah
Perbandingan antara Musyrikin masa dahulu dan Masa Sekarang
Kaum musyrikin masa dahulu paham makna la ilaha illallah. Tidak perlu ditafsirkan, mereka mengerti bahwa makna la ilaha illallah adalah tiada tuhan yang layak disembah yang hak kecuali Allah. Karena itu mereka sepontan menjawab apakah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak untuk menyembah hanya satu saja? Mereka bilang ini suatu hal yang menakjubkan.
Berbeda dengan kaum musyrikin masa sekarang, sudah berbuat kesyirikan, mereka juga salah memahami makna la ilaha illallah.

Kami menutup perkataan dengan menyebutkan suatu ayat yang Allah firman dalam kitab-Nya yang menjelaskan bahwa kekafiran kaum musyrikin dari penduduk zama kita lebih besar daripada kekafiran oran-orang yang Rasulullah perangi.
Allah Ta’alla berfirman dalam Surat Al-Isra Ayat 67:

Apabila mereka ditimpa oleh bahaya dilautan, maka hilang lah segala yang mereka sembah, kecuali Allah. Begitu diselamatkan kedaratan kalian berpaling lagi. Arti lautan adalah penggambaran di kondisi susah. Sedangkan daratan digambarakan ketikan kondisi lapang.


Dizaman sekarang orang yang berilmu ketika ditimpa musibah, mereka memohon perlindungan kepada selain Allah, seperti: Ma’ruf dan Abdul Qadir Al-Jailany dan kadang kepada yang lebih dari itu seperti Zaid bin Al-Khattab dan Zubair, malah lebih lagi dari pada itu yaitu Rasulullah.
Zaid bin Al-khattab adalah saudaranya Umar bin Al-Khattab radhiallahu ‘anhu, dimasa penulis ada kuburannya yang diagung-agungkan oleh sekolompok orang dimasa itu. Sampai-sampai mereka menyembahnya ya Zaid… ya Zaid. Ketika kesyrikian terjadi, penulis tidak langsung berkata Kafir kepada mereka. Penulis hanya berucap Allah lebih bagus tempat berdoa dari pada Zaid.

Pembahasan:
Pertama: Kekafiran kaum musryikin masa belakangan lebih dahsyat dari masa dahulu
Kedua: Bukti-bukti yang menunjukan hal tersebut.
Wallahu A’lam
