Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah tafsir Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 94-96, oleh Syaikh Abdurahman bin Nashir as-Sa’di. Dalam ayat ini dijelaskan mengenai kaum Yahudi yang beranggapan bahwa akhirat (surga) adalah milik mereka. Akan tetapi mereka takut akan kematian dikarenakan mereka mengetahui telah berbuat kekufuran dan kemaksiatan. Selanjutnya dijelaskan mengenai sifat kaum Yahudi yaitu kecintaaan yang begitu besar terhadap kehidupan di dunia. Sehingga mereka menginginkan suatu hal yang paling mustahil, yaitu ingin diberi umur seribu tahun.
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 94-96
Tafsir Al-Qur’an, oleh: Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di

Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri). Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang aniaya.
Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Ayat 94: Kaum Yahudi menganggap akhirat itu untuk mereka, tapi ketika ditantang kematian, mereka menolaknya.
“Katakanlah” kepada mereka dalam bentuk membenarkan pengakuan mereka “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat itu.” maksudnya surga, “khusus untukmu di sisi Allah bukan untuk orang lain”, sebagaimana yang kalian klaim bahwasannya tidaklah akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani, dan bahwasannya neraka tidaklah akan menyentuh mereka kecuali hanya dalam waktu yang dapat dihitung saja, maka bila kalian benar dalam pengakuan ini, “maka inginilah kematian(mu)”.
Ini adalah suatu bentuk mubahalah (saling mendoakan agar orang yang dusta dilaknat Allah) antara mereka dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tidak ada lagi setelah pemaksaan dan tekanan bagi mereka setelah kedurhakaan mereka kecuali salah satu dari dua perkara, pertama mereka beriman kepada Allah dan RasulNya, atau kedua, bermubahalahlah dengan sesuatu yang mereka jadikan sebagai pedoman untuk dipertaruhkan dengan perkara yang ringan yaitu keinginan untuk mati yang akan menyampaikan mereka kepada negeri yang khusus bagi mereka tersebut.
Namun mereka tolak hal tersebut, sehingga setiap orang dapat mengetahui bahwa mereka itu hakikatnya benar-benar dalam kondisi durhaka dan menentang Allah dan RasulNya padahal mereka mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu Allah berfirman,
Ayat 95: Kaum Yahudi takut akan kematian karena kekufuran dan kemaksiatan mereka
“Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingkan kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri)” disebabkan kekufuran dan kemaksiatan, karena mereka sangat mengetahui bahwa hal itu adalah jalan bagi mereka kepada pembalasan atas perbuatan-perubatan mereka yang buruk, maka kematian itu adalah suatu perkara yang paling mereka benci, dan mereka adalah orang yang paling rakus terhadap kehidupan dibanding setiap manusia hingga dari kaum musyrikin yang tidak beriman kepada salah seorang Rosul oun dari para Rasul dan kitab-kitab. Kemudian Allah menyebutkan tentang sifat cinta mereka yang begitu besar terhadap kehidupan dunia seraya berfirman,
Ayat 96: Kaum Yahudi ingin hidup seribu tahun dikarenakan kecintaan yang begitu besar terhadap kehidupan dunia.
“Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun”. Hal ini, adalah lebih dalam makna-nya dari sekedar ketamakan, di mana mereka berkhayal tentang suatu hal yang paling mustahil di antara hal-hal yang mustahil, walaupun faktanya bila mereka diberikan kehidupan sebanyak yang disebutkan dalam ayat ini, tetap saja tidak ada gunanya sama sekali bagi mereka, dan tidak juga menyelamatkan mereka dari azab. “Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan”. Ini adalah sebuah ancaman bagi mereka dengan adanya pembalasan terhadap perbuatan-perbuatan mereka.
Wallahu A’lam
