Kematian

Telah berpulang ke Rahmatullah:

Lukman Hakim Iwan

bin

Cholid Wahjoedin

Lahir:………………, tanggal ……………………….

Wafat: …………….., tanggal ……………………….

Dimakamkan di: ……………………

Semoga Allah merahmati, memaafkan, dan memberikannya ampunan. Semoga Allah menerima amal ibadahnya, melapangkan kuburnya, dan menjauhkannya dari azab neraka. Semoga Allah memberikan tempat terbaik di Surga-Nya Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Aamiin Allhumma Aamiin.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 156:

“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali” (QS. Al-Baqarah:156)

Kematian adalah salah satu hal yang pasti akan dihadapi oleh manusia. Saat kematian datang, jiwa akan terlepas dari raganya. Ketika waktu kematian telah datang, manusia tidak dapat menolak atau menghindarinya. Oleh karena itu, selama hidup di dunia, manusia selalu mengingat Allah Subhana Wa Ta’ala. Sebagaimana Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Perbanyaklah kalian dalam mengingat penghancur segala kelezatan dunia, yaitu kematian,” (HR at-Tirmidzi).

Kematian itu pasti akan menemui kamu

Dalam Al-Quran Surat AL-Jumu’ah Ayat 8:

Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Al-Jumu’ah:8)

Tiga Perkara yang bermanfaat setelah kematian

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Jika manusia itu mati, maka akan putus amalannya kecuali dari tiga perkara: [1] sedekah jariyah, [2] ilmu yang diambil manfaatnya, [3] anak sholih yang mendo’akan orang tuanya.” (HR. Muslim no. 1631)

Amalan yang pahalanya mengalir setelah kematian

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Diantara pahala amal mukmin yang akan tetap mengalir setelah kematiannya adalah (1) ilmu yang dia sebarkan, (2) anak soleh yang dia tinggalkan, (3) mushaf yang dia wariskan, (4) masjid yang dia bangun, (5) rumah untuk Ibnu Sabil (orang yang di perjalanan), atau (6) sungai yang dia alirkan, (7) sedekah hartanya yang dia keluarkan ketika masih sehat dan kuat, yang masih dimanfaatkan setelah dia meninggal. (HR. Ibnu Majah 249 dan dihasankan al-Albani)

Nasihat Imam Asy-Syafi’iy kepada Muridnya, Imam Al-Muzany

Imam Al-Muzany bercerita:

“Aku menemui Imam Asy-Syafi’iy menjelang beliau wafat, lalu kubertanya, “Bagaimana keadaanmu pada pagi ini, wahai Ustadzku?”

Beliau menjawab, “Pagi ini ku akan melakukan perjalanan meninggalkan dunia, akan berpisah dengan kawan-kawanku, akan meneguk gelas kematian, akan menghadap kepada Allah dan akan menjumpai kejelekan amalanku. Aku tidak tahu: apakah diriku berjalan ke surga sehingga aku memberinya ucapan kegembiraan, atau berjalan ke neraka sehingga aku menghibur kesedihannya.”

Aku berkata, “Nasihatilah aku.”

Asy-Syafi’iy berpesan kepadaku, “Bertakwalah kepada Allah, permisalkanlah akhirat dalam hatimu, jadikanlah kematian antara kedua matamu, dan janganlah lupa bahwa engkau akan berdiri di hadapan Allah. Takutlah terhadap Allah ‘Azza wa Jalla, jauhilah segalah hal yang Dia haramkan, laksanakanlah segala perkara yang Dia wajibkan, dan hendaknya engkau bersama Allah di manapun engkau berada. Janganlah sekali-kali engkau menganggap kecil nikmat Allah kepadamu -walaupun nikmat itu sedikit- dan balaslah dengan bersyukur. Jadikanlah diammu sebagai tafakkur, pembicaraanmu sebagai dzikir, dan pandanganmu sebagai pelajaran. Maafkanlah orang yang menzhalimimu, sambunglah (silaturrahmi dari)orang yang memutus silaturahmi terhadapmu, berbuat baiklah kepada siapapun yang berbuat jelek kepadamu, bersabarlah terhadap segala musibah, dan berlindunglah kepada Allah dari api neraka dengan ketakwaan.”

Aku berkata, “Tambahlah (nasihatmu) kepadaku.”

Beliau melanjutkan, “Hendaknya kejujuran adalah lisanmu, menepati janji adalah tiang tonggakmu, rahmat adalah buahmu, kesyukuran sebagai thaharahmu, kebenaran sebagai perniagaanmu, kasih sayang adalah perhiasanmu, kecerdikan adalah daya tangkapmu, ketaatan sebagai mata percaharianmu, ridha sebagai amanahmu, pemahaman adalah penglihatanmu, rasa harapan adalah kesabaranmu, rasa takut sebagai pakaianmu, shadaqah sebagai pelindungmu, dan zakat sebagai bentengmu. Jadikanlah rasa malu sebagai pemimpinmu, sifat tenang sebagai menterimu, tawakkal sebagai baju tamengmu, dunia sebagai penjaramu, dan kefakiran sebagai pembaringanmu. Jadikanlah kebenaran sebagai pemandumu, haji dan jihad sebagai tujuanmu, Al-Qur`an sebagai juru bicaramu dengan kejelasan, serta jadikanlah Allah sebagai Penyejukmu. Barangsiapa yang bersifat seperti ini, surga adalah tempat tinggalnya.”

Kemudian, Asy-Syafi’iy mengangkat pandangannya ke arah langit seraya menghadirkan susunan ta’bir. Lalu beliau bersya’ir,

Kepada-Mu -wahai Ilah segenap makhluk, wahai Pemilik anugerah dan kebaikan-

kuangkat harapanku, walaupun aku ini seorang yang bergelimang dosa

Tatkala hati telah membatu dan sempit segala jalanku

kujadikan harapan pengampunan-Mu sebagai tangga bagiku

Kurasa dosaku teramatlah besar, tetapi tatkala dosa-dosa itu

kubandingkan dengan maaf-Mu -wahai Rabb-ku-, ternyata maaf-Mu lebihlah besar

Terus menerus Engkau Maha Pemaaf dosa, dan terus menerus

Engkau memberi derma dan maaf sebagai nikmat dan pemuliaan

Andaikata bukan karena-Mu, tidak seorang pun ahli ibadah yang tersesat oleh Iblis

bagaimana tidak, sedang dia pernah menyesatkan kesayangan-Mu,Adam

Kalaulah Engkau memaafkan aku, Engkau telah memaafkan

seorang yang congkak, zhalim lagi sewenang-wenang yang masih terus berbuat dosa

Andaikata Engkau menyiksaku, tidaklah aku berputus asa,

walaupun diriku telah engkau masukkan ke dalam Jahannam lantaran dosaku

Dosaku sangatlah besar, dahulu dan sekarang,

namun maaf-Mu -wahai Maha Pemaaf- lebih tinggi dan lebih besar

[Tarikh Ibnu Asakir Juz 51 hal. 430-431]

Tinggalkan komentar